Malam berlalu terasa terentang,
bagi yang pilu merana dalam lara,
sendiri menanti dalam tangis panjang,
sambil menghitung detik yang terjaga.
Ketakutannya membayang di mata,
di setiap aliran detak jantung hidupnya,
betapa berharganya raga di waktu bernyawa,
tetapi akankah esok ia masih ada.
Merasakan hangat mentari,
yang bermain di pucuk dedaunan,
menyambut angin berhembus dingin,
halus menyentuh di setiap pori-pori.
Melihat luasnya bukit yang terhampar menghijau,
Menikmati gemericik suara air yang mengalir di bebatuan,
dendang alunan irama padang ilalang rerumputan,
melodi indah tempatnya tumbuh dan menunggu.
Tetapi sekarang lihatlah kawan,
mereka di rumah-rumah jagal,
menanti dalam diam kematian,
nafas yang harus ditinggal.
Sadarkah dimana letak hatimu,
masih adakah rasa kasih itu,
demi kenikmatan kenyang sendiri,
merenggut yang tak kau anggap berarti.
MOjokerto, 26 Januari 2025