Sebuah kisah foto usang,
berpuluh tahun sudah indah terpajang,
penghias dinding meski warnanya telah memudar,
tetapi di setiap hati masih tetap berpendar.
Terbayang kembali saat pertemuan,
masa sekolah menjalin persahabatan,
teringat saat bersama bercanda,
tiada lelah menebar tawa.
Meski kadang ada perselisihan,
tersirat gejolak emosi dan keegoisan,
karena kita masih remaja dengan kepolosan,
yang mencoba mencari abadinya kesejatian.
Menumbuhkan ikatan satu keakraban,
mengukir asa menyimpan segala cerita,
hingga tak terasa tiba dibelokan lintasan,
waktu pun datang memisahkan.
Satu telah pergi mendahului kaki,
namun mengapa kau mengikuti,
meninggalkan hanya aku disini,
sendiri merajut sepi.
25 November dua ribu dua puluh empat,
saksi berakhirnya tapak perjalanan,
terhenti tanpa kata yang sempat,
kau tutur dalam titipan.
Hanya doa yang bisa kuucap,
mengiringi tidur panjang lelap,
terima kasih atas semuanya,
kalianlah terbaik teman sejiwa.
