Di sebuah kedai,
seorang pria menuangkan rasa,
lalu meraciknya di secangkir kopi,
mengaduknya dengan sedikit mantra.
Menjadikannya sebuah fantasi,
inspirasi dalam ilustrasi lukisan seni,
pesona artistik coretan halusinasi,
keahlian ilusi yang kau miliki.
Sentuhan yang menambah manis,
meski saat itu nurani sedang teriris,
namun membuat mata terhipnotis,
mencicipi nikmat tegukan romantis.
Tuk sejenak melepaskan beban di hati,
hingga membuatku lupa waktu saat kini,
menyatu dalam gelombang yang tercipta,
meskipun pahit itu masih saja ada.
Di setiap seduhan lembut asamu,
tertuang loyalitas kebanggaan dedikasimu,
nikmat cerita abadi yang ingin selalu kau bagi,
yang mengikat rinduku untuk kembali lagi.