Dahulu di sana,
meniti sepanjang jalan ini,
saat tubuh masih tegap berdiri,
beceritalah seorang pemuda desa.
Dengan semangat menyala,
berjalan tegak menuju tahtanya,
berbekal kekuatan dan kemauan di dada,
benih dan cangkul di genggaman tangannya.
Siang malam tiada beban menahan lapar,
panas dan dingin tak pernah ia gentar,
bahagia asa menuai hasil keringatnya,
tumbuh bersemilah padi di lahannya.
Bulir kuning bersinar di bawah cahaya,
menyambut hatinya yang telah terpahamkan,
mengerti hitam dan putih lelah perjuangan,
berat dan ringan kerasnya dunia.
Hingga perjalanan usia menjemputnya,
pulang menuju diam dan hening suara,
tubuh rapuh langkah yang gemetar,
nafas tersengal di bahu yang tak kekar.
Namun dimanakah kau putra tercinta,
status yang di dapat tergantung di udara,
harga diri martabat menjadi beban derita,
kembali ke tanah tak bisa apa-apa.