Cinta itu begitu suci hingga menghadirkan kita semua sebagai penghuni dunia yang fana ini.
Perasaan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, tetapi akan selalu terasa dan membekas di jiwa.
Memiliki seorang kakak perempuan adalah hal terindah, namun sulit bahkan tidak mungkin terwujud.
Karena saya terlahir sulung dari 3 bersaudara. Tetapi memiliki Kaka ipar rasa kandung itulah yang saya rasakan saat ini.
Dia selalu ada di setiap momen yang terjadi di hidupku. Dia bahkan rela mengorbankan masa mudanya hanya untuk mengurus keponakan - keponakannya.
Bahkan ia akan merasa nyaman dipanggil mama. Ya, bagiku dia adalah Kaka terbaik.
Kaka Wajija, tapi bagi bocil ia sering dipanggil Mama. Bahkan sangking sangat dekatnya, di sekolah atau pun tempat lain jika ada yang bertanya siapa nama mama kalian, mereka pasti akan menjawab Mama Jija.
Saya yang melahirkan tetapi kasih sayang itu adalah milik Kaka Wajija. Ya, Allah telah menakdirkannya sebagai mama tercinta untuk anak-anakku.
Saat pertama kali suami akan dirawat di RS dia sibuk menenangkan si bungsu yang rewel karena saya harus mengurus segala keperluan.
Tidak bisa dibayangkan jika seandainya beliau tidak ada pastilah rempong segala urusan.
Hingga saat ini, kami tidak pernah berselisih pendapat atau bertengkar. Terkadang saya merasa ngeri sendiri mendengar curhatan teman yang bertengkar dengan ipar yang sampai tidak saling menegur.
Selain itu Allah Maha baik. Ada adik laki-laki 02 yang selalu siaga tanpa batas. Tak pernah mengeluh atau mengatakan tidak jika tiba-tiba saya harus minta bantuan.
Di penghujung Shubuh, dia rela mengantarkan suami ke rumah sakit. Menunggu hingga pemeriksaan lanjutan.
Saya merasa sangat berbahagia dengan keadaan ini, dan tidak ingin berubah. Menjadi kakak perempuan untuk dua adik laki-laki adalah suatu kebanggaan tersendiri, tetapi menjadikan kaki kuat berdiri karena ada topangan.
Tiada hari tanpa jeda, meskipun hanya sekedar video call. Saling menyapa dan bertanya kabar dengan hati riang. Jika terjeda, itu karena kesibukan yang padat dan jadwal kerja yang tinggi.
Ada juga si bungsu 03 yang tidak kalah sigapnya ketika harus membooking tiket pesawat saat seat di pesawat telah terisi penuh.
Banyak jalan menuju Roma, kita akan melakukan semua cara. Insyaallah, pasti akan ada kemudahan.
Allah telah menempatkan si bungsu untuk berjarak dengan kami berdua. Tetapi skenario Allah lebih sempurna dan tidak perlu direvisi.
Dan saya percaya akan keajaiban yang terjadi saat itu. Mengapa?
Seperti pesan almarhumah Mama, kalian bertiga harus saling baku lihat, baku sayang dan baku jaga. Tidak boleh bertengkar atau marah. Tiga orang saja, satu sakit semua sakit. Bunda sendiri saja, ingat perhatikan satu sama lain.
Hari itu masih jelas terekam di memori internal, saya harus berangkat ke Kupang dengan pesawat tanpa tiket.
Perjalanan dari rumah ke bandara saya tempuh dengan adik 02 kurang 15 menit dengan high speed sepeda motor.
Belum sempat check in sudah ada pengumuman boarding untuk semua penumpang, dan saya belum memiliki tiket.
Panik. Adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi saya saat itu. Tetapi harus ada solusi untuk semua drama yang terjadi.
Kupang - Kalabahi, terlampau dekat. Di ujung telpon si bungsu mengatakan berangkat saja. Semua bisa diatur. " Ini pesawat guys, bukan kapal laut. Bagaimana bisa berangkat?