Kompasianer, kompasiana ini salah satu tempat bagus untuk berpendapat secara elegan. Menurut saya akan menjadi lebih baik jika cara menyampaikan pendapatnya juga dengan cara yang baik, tidak asal menghina atau memojokkan. Terlebih jika sasaran komentar adalah orang-orang yang memilii kapabilitas. Setidaknya, jika pendapat disampaikan dengan bahasa yang baik, akan mudah dipahami, tanpa terlalu melibatkan emosi yang tidak perlu. Bukankah begitu?
Kembali ke soal matematika, koreksi guru matematika memang sudah benar. Dasar teori operasi bilangan bilat memang seperti itu. Kalau masih ragu, silakan buka buku-buku teori matematika, jangan cuma buku paket SD. Pernah ada yang bilang di tanggapannya, 'percuma mempelajari hal basi di zaman seperti ini'. Maaf, ilmu tidak pernah basi, terlebih matematika yang memiliki konsep-konsep dasar yang jelas.
4+4+4+4+4+4= 6 x 4, sedangkan 6+6+6+6= 4 x 6. Pernah ada yang bertanya, 'lho, apa itu tidak sama saja? 6 x 4 dan 4 x 6 kan hasilnya sama-sama 24. Kalau berbicara tentang hasilnya memang iya, sama, 24. Penulisan 6 x 4 = 4 x 6 menjelaskan sifat perkalian bilangan bulat yang komutatif. Artinya, jika a dan b adalah bilangan bulat dengan operasi perkalian. Maka jika posisi a dan b dibalik, hasilnya akan sama. Ini keterangan yang khusus pada sifat komutatif perkalian. Tetapi, pembahasannya akan berbeda jika ditarik ke 4+4+4+4+4+4= 6 x 4 atau 4 x 6, dan jangan dicampur adukkan.
Saya misalkan begini, Adi periksa ke dokter dan diberi obat dengan aturan minum 3 x 1 kaplet setiap hari. Maka Adi meminumnya, 1 kaplet di pagi hari, 1 kaplet di siang hari, 1 kaplet di malam hari. Hal ini berbeda jika dokter menuliskan aturan minumnya 1 x 3 kaplet, yang berarti 3 kaplet harus diminum Adi sekali minum. Jadi 3 x 1 dan 1 x 3 itu berbeda. (jangan dikaitkan dengan komutatif dan hasilnya dulu, tapi ini membahas tentang konsep perkalian. Dengan kata lain, 'kok ada 3 x 1 itu dari mana to?') Kalau konsep di atas sudah dipahami, barulah beranjak pada pemahaman tentang sifat komutatif dll pada perkalian bilangan bulat.
Pembaca sekalian, matematika itu teorinya berjenjang, jika M Erfas menyalahkan guru yang sedang memberikan pelajaran tentang 'konsep perkalian bilangan bulat' dengan menggunakan dalil komutatif perkalian, mungkin saja beliau lupa bahwa sifat komutatif itu berada pada tahap selanjutnya. hehe... jadi ya seperti itu, nggak nyambung.
Beberapa orang menganggap hal ini sepele, ada juga yang menyebutnya sakit jiwa dengan mengajarkan anak SD dengan materi seperti itu. Jujur saja saya ingin ketawa. Bagaimana mau maju pendidikannya kalau pandangan tentang ilmu saja begitu? Maaf, manurut saya, ini hal penting. Perkara konsep perkalian mungkin kalau dilihat pelajaran yang mudah. Tapi sebenarnya itu dasar dan pondasi untuk ilmu-ilmu berikutnya. Kalau pondasinya salah, tidak dibenaran, atau dibiarkan saja, bisa jadi kerangka ilmu pengetahuan menjadi tidak kokoh. Hal ini bisa menjadi refleksi bagi kita bersama, baik guru, orang tua juga masyarakat.