Seakan aku tak pernah punya rasa malu sebagai perempuan karena sering mengunjungi rumah ‘pacar khayalan’. Setiap aku ingat dia, pasti aku menyempatkan diri untuk datang ke rumahnya. Walaupun aku tahu dan yakin pasti gak akan ketemu dengannya. Karena memang aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa-apa. Dia sudah mengatakan bahwa aku hanya pantas menjadi adiknya. Tapi hatiku gak mau terima. Aku sangat memelihara perasaanku untuknya. Jadi aku selalu mengikuti kata hatiku apapun itu. Siapa tahu ketemu. Selalu seperti itu harapanku. Tapi, gak ada, gak akan pernah ada perasaan itu dari dia. Aku tahu dan aku sadar sepenuhnya kalau aku ke rumahnya hanya akan menyakiti perasaanku saja, itu pasti. Tapi, dasar bodoh, dasar konyol, dasar nggak tahu malu, selalu dan selalu saja datang menemuinya. Padahal tahu persis setiap aku datang ke rumahnya, nggak pernah disuguhi keramahan walaupun hanya sedikit saja, Entahlah perasaan itu sangat menyakitkan. Tak dapat dipungkiri, memang hati hanya berisi dia satu-satunya, hatiku sudah terjerat cintanya yang palsu. Tapi aku sendiri, sekian tahun lamanya, gak pernah menyadari itu. Entahlah, kenapa aku nggak pernah mengerti tentang ini.
KEMBALI KE ARTIKEL