Melihat seorang dari kami yang tersandar lemas, meminta belas kasih sudah menjadi tontonan kami sebagai pekerja para Belanda itu. Tamu yang tak diundang, tamu yang tak disukai. Hadir dihadapan kami dengan alat yang ditakuti oleh semua dari kami. Tarik pelatuknya dan ucapkan selamat tinggal. Pria kurus itu terpaku menatap langit dan membuka lebar mulutnya dengan kondisi dilalati, pasti sudah tak bernyawa dia. Setiap harinya bertambah  orang dengat raut kesedihan yang sama seperti kami rasakan, setiap harinya juga saatnya ucapkan selamat tinggal kepada mereka yang sudah tak bisa mengatakan sepatah katapun.
KEMBALI KE ARTIKEL