“Ayah!!” teriak Fella memperingatkan ayahnya, tapi peringatan dari Fella terlambat, bercak merah mulai terlihat di ujung bibir sang bunda. Fella merasakan kesakitan yang mendalam sama seperti bundanya, tanpa ia sadari air mata Fella yang terbilang langka mulai membasahi pipinya. Fella bergegas menghampiri bundanya yang jatuh lemas di lantai.
“Bunda, Bunda baik-baik saja?” tanya Fella penuh rasa khawatir. Bundanya hanya diam merasa malu pada anaknya karena melihat kedua orangtuanya dalam keadaan seperti ini. Air mata yang memenuhi kelopak mata Bunda Fellapun mulai jatuh.
“Ayah benar-benar keterlaluan, Fella benci ayah” kata Fella pada sosok laki-laki di depannya. Sementara Ayah Fella terkejut mendengar putri lembut dan pendiamnya berkata seperti itu, membuatnya mematung. Ayah Fella beranjak pergi dari rumah, sementara Fella dengan sekuat tenaganya ia membantu bundanya ke kamar.
“Bunda istirahat ya, Fella ambilin air es biar enggak bengkak” kata Fella sambil merebahkan tubuh bundanya dan menyelimutinya. Fella kembali dengan wastfle dan air es ditangannya, di usapkan kain itu perlahan di ujung bibir bundanya. Bunda Fella hanya diam mematung, tapi Fella tahu bahwa itu sangat sakit. Malam ini Fella membiarkan tubuhnya tidur disebelah bundanya.