Soal konflik Palestina dan Israel menurut saya itu adalah konflik pendudukan wilayah yang akar masalahnya panjang dan bercabang. Itu bukan serta merta konflik agama meskipun dalam sejarah tiga agama mengakui Yerussalem adalah wilayahnya. Konflik ini sudah mengalami gesekan lain juga di luar kepentingan agama.
Mulai dari perseteruan saudara sebangsa di Palestina, kelompok Hamas di Ghaza dan kelompok Fatah di Tepi Barat hingga perang keduanya melawan pasukan Zionis (tak semua bangsa Israel adalah pengikut Zionis) menjadi konflik yang puluhan tahun tak berkesudahan. Â Tapi, baik Palestina maupun Israel punya warga Muslim, Kristen dan Yahudi. Bahkan Israel memiliki tentara muslim keturunan Arab. Palestina pun sebaliknya, memiliki tentara keturunan dan beragama Yahudi. Fakta ini yang harusnya bisa menurunkan tensi kedua bangsa.
Perang ini tersurat sejarahnya dalam kitab-kitab agama samawi. Ariel Sharon adalah keturunan nabi Yaqub dari Yehuda, bapak kaum Yahudi. Bangsa Yahudi mengakui adalah orang yang pertama menduduki Palestina dan kaum Kanaan atau dikenal bangsa Palestina kini juga mengakui bahwa merekalah yang pertama kali menduduki wilayah itu.
Perang urat syaraf ini memang nyaris mustahil untuk diakhiri. Tapi, setidaknya konflik bisa disikapi dengan pedekatan diplomatik dari negara-negara yang berpengaruh. Selebihnya, bantuan diberikan (seperti kencleng-kencleng amal) untuk mengurangi resiko jatuhnya korban jiwa akibat kontak senjata, bisa untuk membeli makanan, obat-obatan, kebutuhan darurat lainnya atau membangun shelter buat warga terdampak.
Setidaknya, konflik tak semakin meluas dan tak jatuh korban sipil terutama kaum yang harus dilindungi. Banyak kota indah bersejarah di Palestina dan Israel yang harus dijaga kedamaiannya.
Dalam politik internasional saat ini, negara kita termasuk yang diperhitungkan strategi diplomasinya. Indonesia sangat erat hubungannya dengan Palestina karena negara inilah negara lain yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Sudah banyak misi keamaanan dan misi kemanusiaan dari Indonesia yang dilakukan di Palestina. Begitupun dengan negeru Israel, meskipun belum ada kerjasama bilateral Indonesia dengan Israel, tak ada masalah dalam komunikasi Indonesia dengan pemimpin Israel.
Jadi, kita warga biasa +62 harus apa dong buat bantu Palestina? Yang jelas berdoa dan tahan diri untuk tak memperkeruh suasana. Mau ambil tindakan kalau tidak kompeten dan tak ada wewenang ya buat apa?
Kalau kita mau bantu donasi kemanusiaan ke sana ya sah-sah aja diniatkan sedekah asal hati-hati mempercayakan uang ke lembaga donasi. Dicek dulu latar belakang dan pengalaman lembaganya ya. Dan, pastikan saat kita berdonasi ke negeri sana tetangga kanan kiri kita tak ada yang kelaparan atau kritis membutuhkan bantuan. Kalau ada, pastikan itu dulu yang kita tolong.
Demonstrasi? Tak usah didemo juga pemerintah RI pasti jalan terus strategi lobi dan lain-lain buat bantu Palestina. Tak perlu kamu suruh, iya kamuuu.
Karena ini masa pandemi, virus tak akan berhenti bekerja cuma karena kabar koflik di Palestina. Lebih baik kita fokus kerja, usaha sambil jaga prokes buat melindungi orang-orang tersayang. Siapa tau kalau kamu turun ke jalan, bukannya bantu Palestina malah bawa oleh-oleh virus saat pulang ke rumah. Kondisi di India yang viral itu fakta looh! Bukan hoaks! Â
Jangan lupa banyak penindasan HAM terjadi juga di negeri kita dan belum ada keadilan sepenuhnya.
Semoga aja ada titik terang bagi mereka yang tertindas secara HAM di negeri kita. Mudah-mudahan diplomasi RI jadi salah satu solusi di tengah banyak negara yang mengupayakan perdamaian Palestina dan Israel.
Saya selalu ngilu lihat bocah kecil yang jadi korban. Siapa tau mereka cikal bakal damai dan majunya kedua negara yang berkonflik. Doa yang terbaik bagi negeri kita dan bagi setiap negara yang berkonflik.