Rainan Buda Wage Klawu yang jatuh setiap 210 hari atau 6 bulan sekali ini merupakan Hari untuk memperingati Payogan dari Ida Bhatara Rambut Sedana atau Dewi Laksmi. Yang diyakini sebagai Dewi Kemakmuran dan Kesejahteraan dalam Agama Hindu. Sehingga, tidak heran jika perayaan Buda Wage Klawu identik, dan dijuluki sebagai “Rainan Pipis” karena uang adalah sarana persembahyangan pada rainan ini dan sebagai bentuk simbolis terhadap manifestasi tuhan dalam wujud Bhatara Rambut Sedana atau Dewi Laksmi.
Menurut I Nyoman Ariyoga, M.Pd. Akademisi dari STAHN Mpu Kuturan Singaraja, “Pada hari ini adalah salah satu tata laksana spiritual, tata laksana tentang perayaan, tentang upakara, tentang upacara yang dilaksanakan oleh umat Hindu. Nah, jadi dalam pelaksanaan itu bila kita melihat sumber sastra terkait di dalam teks lontar Sundarigama bahwa dinyatakan, ketika hari Rabu Wage Klawu merupakan dimana manifestasi tuhan Sebagai Ida Bhatara Dewi Laksmi atau yang sering disebut Ida Bhatara Sedana. Beliau sedang beryoga pada hari ini, ketika beliau beryoga, jadi kita sebagai umat Hindu wajib dan patut untuk melaksanakan juga beberapa perayaan, begitu juga brata yang dianjurkan oleh teks-teks suci kita”.
Di dalam perayaan Buda Wage Kelawu, tidak disebutkan dengan pasti pada kitab maupun lontar mengenai waktu yang tepat bagi umat Hindu untuk melakukan persembahyangan Rainan Buda Wage. Namun hal ini disesuaikan dengan desa, kala, patra di wilayah masing-masing. Pada Rainan Buda wage Klawu, umumnya umat Hindu di Bali dapat melakukan persembahyangan dengan menghaturkan Canang Sari, maupun dengan banten lainnya seperti : Banten Peras Pejati, Banten Tumpeng Pitu, Banten Putih Kuning yang sesuai dengan loka drstanya.
Bagi pedagang dan pemilik usaha, biasanya melakukan persembahyangan Buda Wage Klawu di tempat usaha mereka. Sedangkan bagi masyarakat lainnya, melakukan persembahyangan di rumah masing-masing, maupun di pura yang diyakini memiliki berkah kesejahteraan masyarakat setempat seperti Pura Melanting, dan lainnya.
Ariyoga menambahkan bahwa “Buda Cemeng Klawu atau Buda Wage Klawu ini selain memang konteksnya melaksanakan tata ritual persembahan untuk memuja Dewi Laksmi, Ida Bhatara Rambut Sedana. Begitu juga kita Brata-kan ke dalam diri kita, kita Renungkan dari pelaksanaan itu. Bahwa uang ini bukan sebagai tujuan kita, namun uang ini adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan kita”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah tujuan dari kehidupan kita bukan untuk memenuhi kesenangan diri semata. Tetapi bagaimana kita bisa bersyukur, berbagi atas apa yang dimiliki. Sehingga kita dapat memaknai arti dari uang itu sendiri, yaitu sebagai jalan dharma atau kebaikan.