Aku seorang siswi di SMA XXX. Hari ini seperti hari-hari biasanya. Masih pukul 06.00 pagi, saat ibu menyajikan makanan di meja dan adikku mengenakan seragam SD-nya. Ku ambil tiga buah piring dan ku letakkan di atas meja. Kami makan dengan tenang. Tidak ada pembicaraan yang berarti antara aku, ibu dan Seno, adikku. Ku kumpulkan kembali piring-piring kotor di meja dan mencucinya. Aku kembali ke kamar mengambil tas dan buku PR ku yang ku letakkan di atas kasur. Seno sudah berangkat ke sekolah bersama teman-temannya. Matahari baru saja timbul di ujung timur. Ku lihat ibu berdiri di depan pintu , bersidekap di depan dada dan memandang tajam. Sorot matanya seperti sedang mengawasi seseorang yang mencurigakan. Ku hampiri ibu dan berpamitan. Ku ambil sepeda merk poligon berwarna biru tua yang terparkir di depan beranda. Ku tuntun sepedaku menyusuri jalan tanah perkampungan. Kalian pasti berpikir kenapa kami berangkat sekolah sepagi ini? Jika kami berangkat lebih siang mungkin kami tidak bisa pergi sekolah hari ini atau hari-hari esoknya. Orang yang di awasi ibuku dari depan pintu slalu menunggu kami dengan kapak berkarat di depan halaman tepat jam 07.00 pagi. Seorang veteran tua yang gemar memotong daging dengan kapak.
KEMBALI KE ARTIKEL