Suatu sore,sepulang aku di rumah sakit, aku minta dengan sungguh sungguh pada suamiku untuk memberitahuku tentang penyakitku. Aku tahu, dia berat hati mengatakannya. Lalu, sambil menggenggam tanganku, dia bilang, "Honey... kamu terdiagnosa radang selaput otak. Tapi masih ringan." Mendadak aku sangat ketakutan, meski aku menyimpan rasa itu di balik senyumku yang kaku. Radang selaput otak, penyakit karena suatu virus yang mematikan. dan meskipun suamiku berkata "masih ringan" tapi rasanya sudah kronis buatku. Bagaimana jika radang itu tak lagi menjadi ringan dan bertambah parah? Bagaimana jika radang itu menggerogoti seluruh lapisan otakku? Bagaimana jika aku harus mati karena penyakit ini?? Otakku tak hanya terjadi radang tapi mendadak penuh dengan pertanyaan pertanyaan yang aku sendiri tak mampu menjawabnya. Dan aku bukanlah manusi berhati malaikat. Aku manusia biasa yang punya rasa takut, rasa panik dan rasa bimbang yang amat sangat.
Berjuta hal buruk muncul di otakku. Ketakutan, kecemasan dan perasaan campur aduk di dalam diriku. Hingga aku bertanya dalam hati, "Tuhan, apakah aku akan mati karena penyakit ini?"
Aku nyaris tak bisa tidur semalaman. Suamiku mengerti tentang kegelisahanku dan dia pun tak tahu bagaimana menghiburku lagi. Meski mungkin aku masih jauh dari sakratul maut, tapi jujur... diagnosa itu membuatku merasa telah memasuki sakratul maut. Saat aku dalam kesedirianku, aku bicara pada Tuhan. Aku bicara apa saja, bahkan mungkin buat Tuhan itu nggak penting. Sampai akhirnya aku berkata ," Tuhan, ini hidup yang kau berikan pada ragaku. Jika Engkau mengambilnya, ambillah Tuhan. Aku siap dan iklas. " Pada saat aku membuka mataku, ada satu hal yang menyusup dalam hatiku, aku harus iklas!!!