Istilah Artificial Intellegence atau AI, berasal dari sebuah konferensi bernama Dartmouth Conferences pada tahun 1955, dan orang yang menginspirasinya adalah John McCarthy (1927-2011). Ia mengartikan kecerdasan buatan atau AI dengan begitu mudahnya: “Kecerdasan buatan adalah Sains dan Teknik untuk membuat mesin cerdas/pintar.” Di satu sisi kemajuan teknologi khususnya Artificial Intellegence memberikan optimisme terhadap kemanfaatan dan kemudahan dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, di sisi lain kemajuan Artificial Intelligence berdampak pada tergantikannya peran manusia di dunia pekerjaan dengan penggunaan mesin dan robot berteknologi AI. Sehingga, menyebabkan terjadinya angka pengangguran yang meningkat. Dari permasalahan tersebut maka muncullah sebuah pertanyaan, apakah AI akan mampu menggantikan peran manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan?
Pertanyaan tersebut mungkin terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Sebenarnya, sampai kapanpun AI tidak akan mampu mengalahkan peran manusia. Terbilang aneh jika manusia menciptakan teknologi yang digunakan untuk mengalahkan dirinya sendiri. Mungkin dalam beberapa hal, AI mampu melakukan sebuah pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh manusia. Namun, jangan lupa bahwa manusia memiliki jiwa, sedangkan AI tidak. Salah satu kemampuan lain yang lebih penting dari jiwa adalah kemampuan dalam hal beragama, terutama Islam. Agama tersebut menjadikan jiwa sebagai ide dasar dalam beragama. Sebagai agama yang Shalih wa likulli Zaman wa Makan, Islam juga pasti memiliki pandangan tentang AI. Lalu, bagaimana AI dipandang dari perspektif Islam? Perkembangan peran AI dalam perspektif islam bisa kita nilai berdasarkan Al Qur’an, Tafsir Hadits, maupun pandangan Ahli Agama.
Artifical Intelligensi berdasarkan Al Qur’an
Islam tidak akan membatasi bagaimana teknologi berkembang. Justru sebaliknya, Islam akan mendukung perkembangan teknologi itu. Sebab pastinya perkembangan teknologi AI akan membantu syi’ar agama Islam ke depannya. Justru, adanya teknologi merupakan anugerah Allah SWT kepada manusia untuk menjadi bekal guna menjawab tantangan Allah SWT. Maksudnya agar manusia menggali atau memanfaatkan potensi langit dan bumi sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an Surat Ar-Rahman : 33.
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika mampu menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan paksaan (dari Allah).” (QS Ar-Rahman : 33)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kisa simpulkan bahwa tidak ada salahnya kita menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai alat atau perantara untuk membantu memudahkan pekerjaan kita selama kita menguasai perkembangan AI tersebut serta bijak dalam memanfaatkannya. Sehingga, peran AI tersebut tidak menghilangkan peran manusia dalam potensi akalnya untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan, dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam dunia kerja, bisnis, maupun pendidikan (Saihu, 2021).
Artifical Intelligensi berdasarkan Hadits
Dalam salah satu hadis, dikisahkan bahwa nabi melihat pengelolaan kurma yang berbeda oleh sahabat agar mengahsilkan buah yang bagus. Nabi memberi komentar bahwa jika tidak melakukan hal demikian pun kurma akan tetap bagus, namun kelak ternyata kurma hasil pengelolaan yang umum atau biasa nabi ketahui menghasilkan kurma yang biasa bahkan tergolong jelek. Nabi pun bertanya “Kenapa kurma itu bisa jadi jelek seperti ini? Maka sahabat menjawab “Wahai Rasulullah, Engkau telah berkata kepada kita begini dan begitu”. Mendengar keterangan yang diberikan oleh sahabat, Nabi pun berkata:
“Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.” (HR. Muslim)
Pengakuan nabi mengenai sahabat yang lebih tahu urusan dunia karena mendapati hasil kurma yang lebih baik dengan pengelolaan yang baru atau berbeda juga menunjukan bahwa kreativitas manusia dalam urusan dunia dengan melakukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat ditekankan dalam agama Islam. Sehingga, bisa kita simpulkan dari penjelasan tersebut bahwa kita bisa menggunakan peran teknologi AI selagi itu bermanfaat untuk mempermudah pekerjaan kita.
Artifical Intelligensi berdasarkan Pandangan Ahli Agama
Menurut Prof. Mohd Zakree Ahmad Nazri, Ketua Program Kedoktoran (S3) di Universitas Kebangsaan Malaysia, istilah Kecerdasan Buatan ini terdiri dari dua kata yaitu: Kecerdasan dan Buatan. Kecerdasan bermaksud hal yang berkaitan dengan kepintaran, kecerdikan dan kebijaksanaan. Sedangkan Buatan (Artificial) bermaksud tiruan, sesuatu bukan alami atau tiruan.
Prof. Dr. Mohd Zakree Ahmad Nazri seorang Profesor di bidang Kecerdasan Buatan memberikan penjelasan yang menarik yaitu mengaitkan antara Kecerdasan Buatan dan Sunnatullah. Beliau menambahkan bahwa sunnatullah yang beliau maksud di sini adalah hukum atau ketentuan Allah Azza wa Jalla. Jadi menurut Prof. Dr. Mohd Zakree Ahmad, Kecerdasan Buatan sebenarnya hanya meniru hukum alam yang sesuai dengan Sunnatullah, sehingga tidak ada sama sekali didalamnya sebuah pelencengan dari apa yang sudah menjadi ketetapan Allah. SWT.
Berdasarkan penjelasan sumber-sumber di atas, yaitu Al Qur’an, Hadits, maupun pendapat tokoh jika ditinjau dari perspektif islam, tidak ada salahnya memanfaat peran teknologi kecerdasan buatan yaitu Artifical Intelegensi untuk mempermudah pekerjaan kita di kehidupan sehari-hari dan menjadikan AI sebagai alat atau perantara untuk kita bisa mengembangkan potensi kita lebih baik lagi selama kita bijak dalam menggunakannya. Sehingga, jika kita bisa dan bijak dalam menguasai AI untuk kebaikan di masa yang akan datang, maka peran manusia tidak akan tergantikan oleh AI, karena manusia itu sendirilah yang berperan dalam menguasai ataupun memanfaatkan AI.
Referensi
Firmansyah. Fachrul Dedi. (2023). Artificial Intelligence (AI): Bagaimana Perspektif Islam?. Dikutip dari sumber: https://arrahim.id/fachr/artificial-intelligence-ai-bagaimana-perspektif-islam/
Muhardianto. Bayu. (2020). Kemajuan Umat Islam Artificial Intelligence, Nyata Atau Wacana? Dikutip dari sumber: https://tanwir.id/kemajuan-umat-islam-artificial-intelligence-nyata-atau-wacana/
Saihu, M. (2021). Al-Quran And The Need For Islamic Education To Artificial Intelligence. Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Keislaman, 5(2), 18–31.