Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor Pilihan

Sampul Buku Tugas

4 Agustus 2022   03:47 Diperbarui: 4 Agustus 2022   03:54 422 17
Pagi menyapa, penuh semangat. Berinteraksi dengan anak-anak sungguh benar-benar membuat rasa syukur dan bahagia.

Retno Wulandari seorang guru di salah satu sekolah swasta. Guru yang supel, energik dan cantik. Tahun ini Retno adalah guru Fisika sika mengajar di setiap tingkat. Dari kelas sepuluh, 8 kelas. Kelas XI 5 kelas dan kelas XII 4 kelas.

Berhubung ada tiga tingkat, Retno membuat strategi untuk sampul tugas anak-anak. Anak-anak di kelas X, sampul buku dari kertas Manila warna merah, selanjutnya kelas XI, kertas Manila warna biru, kelas XII juga menggunakan kertas Manila warna hijau.  Alasan Retno membuat sampul tugas berwarna-warni , agar mudah memisahkan buku tugas anak-anak. Sebab tugas anak-anak terkadang berbarengan di atas mejanya. Jadi agar tidak keliru salah kelas akhirnya Retno membuat strategi.

"Anak-anak, usahakan sampul buku tugas disampul dengan kertas Manila warna merah ya, minggu depan , sudah tersampul semuanya." Bu Retno mengingatkan anak-anak sebelum pembelajaran dimulai.

Ternyata bukan hanya Bu Retno yang menyuruh anak-anak menyampul buku tugas dengan sampul berwarna.

Guru matematika , Bu Dyah Pitaloka juga mengajar tiga tingkat. Bu Dyah menyuruh anak-anak menyampul buku dengan kelender bekas , dengan cara penggunaannya terbalik. Warna putih dari luar untuk kelas X, kelas XI kelender bekas yang bergambar dari luar. Jika kelas XII sampul warna coklat. Mudah mencarinya.

Lain lagi guru Seni Budaya, Bu Diandra Gautama menyuruh anak-anak menyampul buku tugas dari tingkat kelas X, berwarna batik. Kelas XI berwarna coklat dan kelas XII sampul berwarna putih. Ternyata masih ada guru yang lain menyuruh anak-anak menyampul buku berwarna. Bu Lintang guru bahasa Indonesia. Bu Lintang hanya mengajar di dua tingkat. Kelas X dan kelas XI. Bu Lintang menyuruh anak-anak menyampul buku berwarna batik di kelas X. Warna coklat di kelas XI.

"Anak-anak, ibu mau kalian menyampul buku tugas berwarna batik ya," Bu Lintang mengingatkan anak-anak ketika mengajar di kelas X-6.

"Baik Bu," jawab anak-anak serempak.
"Minggu depan, jika bertemu dengan saya lagi. Semua buku tugas sudah tersampul ya." Bu Lintang masih mengingatkan anak-anak.

"Siap Bu," jawaban anak-anak seperti koor.

Ternyata dengan amanah guru-guru agar buku disampul sesuai dengan keinginan guru mata pelajaran menuai keberatan orang tua.

Orang tua sudah menyampul buku tulis dari rumah.

"Bagaimana nih Gio, Mama sudah nyampul buku tulismu semua, masa beli lagi," Mama Cantika ngomel-ngomel karena setiap hari Gio anaknya yang duduk di kelas X meminta dibelikan sampul. Dan itu ada beberapa jenis tergantung guru mata pelajaran. Mama Cantika kaget, sampul buku saja jadi ribet penuh warna. Alhasil Mama Cantika menghubungi wali kelas dengan hati dongkol.

  Mama Cantika : Pagi Bu Lidya, apakah di sekolah buku tulis wajib disampul dan sesuai dengan keinginan guru mata pelajarannya?

Bu Lidya : Pagi juga Bu, iya Bu, untuk   memudahkan guru mengoreksi tugas anak-anak. Karena guru ada yang mengajar di tiga tingkat. Jadi buku tugas dibedakan setiap tingkat.

Mama Cantika : Tapi saya sudah sempat disampul semua buku tulisnya Bu. Tolong ya Bu, disampaikan ke guru mata pelajarannya. Saya sudah nyampul buku tulis. Jadi mubajir. Izinkan anak saya tetap menggunakan sampul yang telah digunakan.

Bu Lidya : Baik Bu nanti saya sampaikan.


 Bu Lidya menyampaikan komplain orang tua di grup guru. Semua guru yang merasa memberikan amanah mengenai sampul buku memberikan respon.

Sampul buku menjadi beban bagi orang tua, padahal itu cara untuk memudahkan guru mata pelajaran mengoreksi tugas anak-anak.

Erina Purba
Bekasi, 04082022

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun