Banyak pembelajaran yang harus kita ambil dari keterbatasan ini. Berdampingan dengan covid 19, bersahabat dengan alam serta beradaptasi mempermudah ruang gerak kita.
Perayaan Natal yang tahun sebelumnya sangat meriah berkumpul bersama-sama dengan keluarga atau rekan-rekan seiman. Bersukacita bersama menyambut kelahiran Yesus Kristus. Hal yang dinantikan yaitu perayaan Natal. Apalagi anak-anak, mereka antusias karena pada saat natal ada baju baru. Mendapatkan kado serta makanan enak dan kue-kue. Tapi sekarang itu semua tinggal kenangan.
Anak-anak sekolah Minggu merayakan natal melalui virtual. Berjuta pertanyaan di benak mereka. Kapan bisa ke gereja lagi berkumpul bersama teman-teman. Sudah hampir setahun mereka berpisah. Pada saat perayaan natal sekolah Minggu tepat dilaksanakan pada tanggal 12 Desember kemarin. Mereka melepaskan rasa kangen, menatap lama-lama layar handphone. Ada rasa bahagia bisa bertatap muka langsung walaupun lewat udara.
Sekarang anak-anak sudah libur sekolah. Mereka menikmati masa-masa libur. Bahkan si bungsu bertanya. "Kok tidak ada tugas, Ma?"ujarnya.
Saya menjelaskan sekarang sudah libur semester, bulan Januari mulai sekolah lagi. Liburan kami hanya di rumah. Anak-anak sudah mulai bosan. Film anak-anak yang saya download sudah berapa kali diputar sudah bosan. Akhirnya saya melihat informasi terbaru di internet.
Saya memilih dongeng natal. Film berupa kartun. Anak-anak lebih suka film berupa dongeng.
Film yang berjudul "Natal Spesial Papa Panov"
Kisah ini seorang kakek tua yang kesepian. Karena anak-anaknya sudah pada merantau dan sang istri sudah lama meninggal. Dia tinggal sendirian di rumah. Biarpun tinggal sendirian Papa Panov menyiapkan hidangan natal untuk kelahiran Yesus Kristus. Dia berharap Yesus hadir di rumahnya. Ternyata dalam mimpi seorang malaikat datang bahwa Yesus hadir pada saat natal tiba.
Papa Panov menunggu kehadirannya, sambil melihat keluar jendela. Di luar jendela ada seseorang bekerja membersihkan salju. Dia berpikir pekerja itu pasti kedinginan. Papa Panov memanggilnya agar masuk ke rumahnya menghangatkan badan serta minum sop. Kemudian seorang perempuan juga dengan menggendong bayinya ada di luar dengan wajah sedih. Hal yang sama dia lakukan bahkan dia memberikan sepasang sepatu yang sebelumnya disediakan untuk bayi Yesus.
