Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Robert Dunia Terbalik

30 Agustus 2020   08:50 Diperbarui: 30 Agustus 2020   09:06 215 14


"Robert!" Lihat ke sini, dari tadi kamu melamun terus." Bu Riami menegur Robert yang selalu tidak pernah fokus pada saat belajar Bahasa Indonesia. Ada saja yang dikerjakannya. Menjahili teman seabngkunya selalu kegiatannya setiap hari. Tidak pernah duduk tenang.

"Iya Bu, siap," Robert tetap semangat bila ditegur. Tidak berapa lama tangannya sudah mulai beraksi lagi, rambut teman sebangkunya sudah mulai dijambutin. Akhirnya Bu Riami mengusir Robert dari kelas.

"Robert! Silahkan keluar!"

"Iya Bu, kenapa saya di suruh keluar, kan dari tadi saya menyimak kok."

"Tak ada alasan sekarang segera keluar dari sini!"

"Ibu, saya tidak tahu kesalahan yang mana. Kenapa disuruh keluar."

"Sudah salah masih saja ngeyel."
"Iya Bu, saya keluar, terima kasih.
Bu Riami sebenarnya tidak tega mengusir Robert keluar, tapi jika di dalam kelas pasti selalu mengganggu teman-temannya yang sedang belajar.

Robert keluar kelas XI IPS 1, dia langsung ke kantin, sambil menggerutu. Lihatlah nanti Bu Riami ban motormu aku kempesin dan helmmu kuambil biar kapok mengusir aku keluar dari kelas. Setelah duduk berapa lama di kantin Robert pun bergegas ke parkir guru, kebetulan lagi sepi parkiran guru jauh dari pantaun satpam yang duduk dekat gerbang sedangkan parkiran dekat dengan lobby sekolah. Dengan tergesa-gesa Robert beraksi ban motor sudah dikempeskan, helm Bu Riami juga dia simpan di belakang sekolah, nanti pulang sekolah dia ambil lumayan dijual bisa untuk beli rokok.

Robert masih menunggu Bu Riami keluar dari kelasnya, sebenarnya dia sudah bosan menunggu di luar.

 Akhirnya tidak berapa lama bel bunyi pelajaran Bu Riami sudah usai. Sekarang jam istirahat teman-teman pada kekantin tinggallah dia sendirian dengan wajah kusut dan cemberut tak banyak yang suka sama dia.

Harry datang baru dari kantin menuju tempat duduknya persis sebelahan dengan Robert. Ia duduk sambil menawarkan makanan siomay yang ada di tangannya. Secepat kilat Robert menyambarnya, kelihatnnya dia lapar.

"Biasa saja Bro, sepertinya dirimu lapar," ujar Harry  sambil menhenyakkan pantatnya di kursi tepat sebelahan dengan Robert.

"Nanti pulang sekolah kita nongkrong ya tempat biasa."

"Ok, jangan lupa jatahku ya, kamu siapkan."

"Itu mah kecil mau berapa batang samamu."

"Tidak usah banyak-banyak se bungkus saja, aku mau rokok filter ya!"

"Siap bro, yang penting temani aku di warung Mak Juriah. Aku malas pulang ke rumah, sepi orang tuaku paling jam sepuluh baru sampai di rumah."

"Apakah setiap hari memang seperti itu."

"Kecuali Sabtu dan Minggu, tapi itu juga kadang lembur dan keluar kota."

"Sebegitu menyedihkan dirimu ya, kalau aku mah terbalik, di rumah ramai terus, adikku masih ada 3 lagi, paling kecil umur 3 tahun. Kalau aku di rumah, emak pasti terus-menerus menyuruh aku jaga adik. Kadang aku malas dan cape."

"Tapi kan setidaknya di rumah ramai, tidak seperti aku kesepian hanya ditemani Bibi Aisa."

Tak berapa lama bel istirahat bunyi, pelajaran Bahasa Inggris berikutnya. Guru Bahasa Inggris sama juga galaknya dengan guru Bahasa Indonesia. Bu Dini Budiyanti tak segan-segan menghukum anak-anak bila salah apalagi melawan bisa-bisa kena tampar.

"Bu Dini belum datang ya, padahal aku sudah telat 5 menit"ujar Clarisa baru datang dari kantin.

"Syukurlah Clarisa, Bu Dini tidak datang PRku belum selesai aku kerjakan," kata Ananda teman sebangkunya. Mereka duduk tidak jauh dari Robert dan Harry bersebelahan.

Robert merasa senang bila tidak ada guru, apalagi dengan Bu Dini paling malas sebenarnya mengikuti pelajarannya. Guru paling reseh tidak bisa berisik padahal Robert anaknya paling tidak bisa diam, sukanya mengobrol terus bareng Harry. Setengah jam sudah berlalu Robert sudah beraksi jalan ke sana ke mari, mengganggu teman-temannya bahkan tak segan-segan mengambil peralatan perlengkapan sekolah milik temannya. Sambil jalan tangannya iseng saja mengambil pulpen, stabilo, pensil dll yang tergeletak di meja. Merasa punya sendiri saja. Masa bodoh yang penting hatiku senang. Tak berapa lama Tifani menjerit.

"Robert ... kembalikan pulpenku, dasar clepto!" Tifanni marah banget wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Di antara teman-teman perempuan Tifani paling berani melawan Robert karena dia sudah sabuk hijau di tekwondo. Kamu kebiasaan ya, saya tidak terima. Itu hadiah dari mamaku, belinya jauh di Singapura. Rata-rata yang sekolah SMA Kusuma Bangsa adalah anak orang berada, paling dekat mainnya Singapur, selebihnya Eropa.

"Pinjam, aku hanya ambil sebentar."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun