Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Kiriman Terakhir

10 April 2020   16:30 Diperbarui: 10 April 2020   16:24 22 1
“Aku harus mengirim tepak makan ini, setelah selesai aku  balik!”, suara berat kaku. Aku harus menyelesaikan kiriman makan siang ini walau sengat fajar menghalau. Hingga derau angin tidak aku hirau. Berkejaran waktu lintang pukang petang menyapa. Kabar tentang pagebluk merebah menyebar kemana-mana. Mulai dari kota sampai ke kampung-kampung. Dari gunung turun ke laut. Kabar terakhir pekik kematian ibu-ibu di atas kapal, karena 3 ABK terkena wabah mematikan. Demi menyelamatkan diri mereka berhamburan terjun ke laut lepas. Tangis beriring selisip hujan mengantar iba.

Menjelang petang menjemput malam. Kampung sudah senyap tak berpenghuni. Setangkup sunyi berteman udara menjerat leher merengkut setiap nyawa. Pintu-pintu rumah tutup rapat. Tak satupun terlihat bayang berkelebat. Kulirik sharlock bergerak berbelok ke kanan. Gerbang terbuka menyapa ramah. Barisan  trembesi bersanding lampu temaram di kanan kiri. Daun-daunnya rekah langit membuka jalan sinar bulan. “Halo! Kiriman sudah datang, Mbak Wina?”, WA call terdengar lembut mengiyakan. Gadis ramping keluar dari balik pintu kayu nan gagah. Teras joglo nan luas ini  mengayomi siapa saja yang ada di bawahnya. Sambil lempar senyum dari balik masker hijau prussi. Aku mencium aroma kekosongan tergambar di matanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun