Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Yang Unik dari Tengger Ranupani

12 Juni 2011   11:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:35 282 2
Desa Tengger Ranupani terletak di antara lereng gunung Semeru dan Bromo di wilayah jawa Timur. Letaknya yang berada di ketinggian sekitar 2500 km di atas permukaan laut memberikan hawa yang demikian dingin. Bahkan berdasarkan cerita warga, ketika musim kemarau suhunya bisa mencapai minus dan muncul 'salju'. Akses menuju desa ini cukup sulit, umumnya hanya truk atau sepeda motor yang digunakan untuk alat transportasi.

Kearifan lokal

Desa ini menyimpan banyak kekayaan alam dan kearifan lokal yang menarik. Beberapa nilai budaya kedaerahan masih diyakini di daerah ini. Dari cara berpakaian, masyarakat Tengger Ranupani pada umumnya menggunakan 'kawung', istilah untuk sarung yang digunakan untuk melindungi tubuh dari udara dingin.

Selain pakaian, masyarakat Tengger ranupani juga memiliki rumah yang khas. Pada umumnya, suatu rumah terdiri dari dua bangunan, yaitu bangunan utama dan dapur. Di setiap dapur pasti terdapat tungku pemanas yang wajib dimiliki. Tungku tidak hanya berperan sebagai tempat memasak, namun juga berfungsi sebagai tempat keluarga. Biasanya, jika sore tiba, keluarga berbincang-bincang di tungku sambil menikmati kopi. Ruang tungku ini bahkan lebih utama dari ruang tamu. Bagi tamu yang dianggap orang dekat, bukan dijamu di ruang tau, melainkan di depan tungku. Di tempat perapian ini, ada beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar, yaitu melangkahi kayu bakar yang melintang di antara dua tempat duduk. Aturan itu dijaga baik-baik oleh penduduk setempat, sehingga para pendatang pun harus mampu menyesuaikan.

Cara masyarakat dalam mengelola ladang pun cukup unik. Lahan berbukit yang umumnya diperlakukan dengan metode terasering (ladang berundak), disini ditanami apa adanya, sehingga menimbulkan pemandangan yang berbeda. Ladang di dataran yang tinggi ini umumnya ditanami kentang, daun bawang, dan kol.

Antusiasme

Yang tidak kalah unik dari desa ini adalah antusiasme anak-anak. Meskipun hidup di tempat yang cukup terpencil, anak-anak di Tengger Ranupani sangat terbuka dan ramah terhadap pendatang baru. Mereka pun antusias dalam bersekolah. Cerita seorang guru yang stress akibat kesulitan menumbuhkan semangat belajar tak berlaku di sini. Justru murid yang kadang dikecewakan oleh guru yang terlambat atau bahkan absen.

Hanya saja antusiasme anak-anak Tengger Ranupani tak diselarasi dengan infrastruktur desa yang memadahi. Di tempat itu hanya terdapat satu Sekolah Dasar. Untuk melanjutkan pendidikan, mungkin harus hijrah ke desa yang jaraknya jauh. Alhasil, mayoritas masyarakat memang hanya sekolah sampai sekolah dasar, lalu menggarap ladang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun