Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Abjad-abjad Duka Cita

30 September 2020   06:06 Diperbarui: 30 September 2020   06:32 107 28
Untuk Abang yang pesan puisi ini, maaf bang hanya ini yang beta bisa berikan. Semoga adik abang sudah bahagia bersama Tuhan. Amiin

ABJAD-ABJAD DUKA CITA

1//
Kala langit mengundang malam
Berhias purnama seribu bintang
Berita duka kembali menyapa
Relung nadi yang belum pulih

Entah
Bagaimana caranya
Merangkai abjad-abjad duka
Tangisan Wailolon
Bergulung nestapa peluh kehilangan

Tapi yang jelas
Segala yang bernyawa di cakrawala
Takkan pernah luput
Dari namanya pembaringan akhir
Berpahat nisan pusara

2//
Fajar bergulir
Di pukul lima detik cenderawasih
Bercengkrama kokok ayam jago
Penghibur raga yang tak bisa berdiri
Di samping peti bertanda salib

Lantaran
Senja yang menyulam sendu
Di batuan Keleng Wato Puken
Teramat jauh tuk digapai
Langkah kaki bergelang bunyi
Ujung timur matahari terbit

Sehingga
Tak ada kecupan salam terakhir
Selain air mata yang menatap
Ibadat duka dari kejauhan
Beriring sesal pada iklim yang tak seragam

3//
Sintia
Hari ini tak ada patah hati
Yang lebih menyakitkan
Selain kehilangan dirimu
Yang mendaki tangga nirwana

Sebab
Bukan karena pahitnya takdir
Yang tak bisa diterima
Tapi karena paragraf cinta yang
Teramat dalam kepada dirimu

Yang selalu tersenyum tanpa
Mengeluh pada derita yang kau pikul
Dari usia dini

Sintia
Mungkin tak ada jiwa
Sekuat periuk Ina
Menahan bara arang selain
Dirimu sebagai gadis berdarah
Keturunan Beda Keleng

Perihal
Di usia yang seharusnya
Terisi dengan lompatan
'Gawe Au'
Kau telah merebah
Tak berdaya tanpa pertanyaan
"Mengapa aku berbeda dari yang lain"

4//
Pukul empat sore
Video WA sambungan layar Jayapura
Memandang penuh isak
Ayu rupa-mu berhias "kwatek"
Tenunan pusaka "uma lango"

Terlihat
Gugur air mata berjatuhan
Membasahi pelipis Ina dan Ama
Yang tak henti mengelus lembut tubuh-mu

Sebagai buah hati pertama
Dari bahtera rumah tangga Keleng Wato Puken
Perihal
Dari palung hati yang paling jujur
Mereka masih belum menerima
Jika pengobatan lanjut mu di Balai Lambunga
Adalah hari-hari terakhirmu
Memanggil mereka sebagai Ina dan Ama tercinta

5//
Sintia
Selamat jalan Nak
Kau telah menjadi
Sosok yang banyak memberikan pelajaran
Pada kami tuk selalu menghadapi beratnya
Problema hidup dengan senyuman tanpa ada
Keluhan

Sintia
Hanya ada kata maaf
Dari ku yang tak bisa
Mengantar mu menuju peristirahatan
Terakhir

Namun
Di semerbak doa
Yang teruntai dari bilik nurani
Selalu mengucapkan amin
Bahwa Firdaus adalah tempat mu
Yang layak di kehidupan selanjutnya.

Kediri, 30 September 2020
Buah karya: Le Putra Marsyah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun