“Kami tahu ini adalah saat yang tepat bagi Jerman. Kini kami sudah matang. Jika tidak sekarang , kemenangan besar kami di semifinal atas Brasil hanya akan menjadi arsip sejarah,” kata striker Jerman Miroslav Klose di Brasil, Kamis (10/7) seperti dilansir FIFA. Klose satu-satunya pemain dari skuat Jerman dalam Piala Dunia 2002 yang masih bermain pada Piala Dunia 2014. Pemain yang kini menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang Piala Dunia dengan torehan 16 gol—memecahkan catatan Ronaldo yang mengoleksi 15 gol—mengingatkan agar Jerman melupakan kekalahan 0-2 dalam final 12 tahun silam di Yokohama, Jepang. Setelah kemenangan spektakular atas Brasil 7-1 di semifinal akhir pekan lalu, rasa percaya diri para pemain Jerman bertambah . Mereka pun makin optimistis dapat mengalahkan Argentina untuk menorehkan gelar juara.
Namun, pemain berusia 36 tahun ini buru-buru mengingatkan lagi, sudah saatnya seluruh pemain fokus pada laga hari Minggu. “Kami menikmati pertandingan melawan Brasil, tapi itu sudah berhenti. Dalam pertandingan selanjutnya, kami harus bermain lagi dengan penampilan terbaik. Sangat mengerikan rasanya jika kami sampai kehilangan momen di final. Jadi, inilah saatnya kami untuk memenanginya,” tutur pemain yang berkiprah di Lazio itu.
Hal serupa juga dikemukakan bek Jerman, Benedikt Howedes. Keberhasilan Jerman mempermalukan tuan rumah Brasil dengan skor fantastis tidak akan berarti apa-apa jika Jerman kalah dari Agentina di final. “Orang-orang di Jerman mengatakan, gelar juara sudah hampir berada di saku kami. Namun, Argentina harus diwaspadai karena akan berjuang mati-matian seperti saat melawan Belanda. Kami harus memberikan dan mengeluarkan kemampuan terbaik kami untuk memastikan itu tidak akan terjadi,” kata pemain yang beroperasi di bek kiri tersebut. Bagi Jerman, Argentina bukan lawan yang asing dan lemah Mereka sudah kerap bertemu dengan tim dijuluki tim “Tango” itu. Dari 20 kali pertemuan terakhir, Argentina unggul dengan sembilan kali kemenangan, Jerman tujuh kali, dan sisanya berakhir imbang. Mereka pernah saling mengalahkan dalam babak final Piala Dunia Meksiko 1986 (Argentina menang 3-2) dan Piala Dunia Italia 1990 (Jerman menang 1-0). Pertemuan terakhir dalam ajang ini terjadi empat tahun lalu di Afrika Selatan, ketika Jerman menang telak 4-0 di perempatfinal. Argentina kelelahan Usai memainkan laga melawan Belanda di semifinal yang harus diakhiri lewat adu penalti, pemain Argentina mengalami kelelahan bila dibandingkan Jerman. Meskipun demikian, masa istirahat untuk recovery pemain Argentina lebih singkat. “Tentu saja dalam hal ini Jerman lebih diuntungkan,” kata Alejandro Sabella, pelatih Argentina dilansir media Brasil.Bertanding selama 120 menit melawan permainan super agresif Belanda telah menguras stamina Lionel Messi dan kawan-kawan. Belum lagi faktor psikis mereka yang dipaksa menyudahi pertandingan lewat adu penalti. Cedera pemain juga menjadi persoalan lainnya bagi Argentina. “Sejumlah pemain kami ada yang sakit dan dilanda kelelahan. Kami hanya memiliki waktu sedikit untuk menatap pertandingan final melawan Jerman,” ujar Sabella.
Kendati demikian, Sabella tidak ingin menjadikan persoalan yang sedang dihadapi skuatnya itu sebagai alasan Argentina tidak siap meladeni Jerman. Menurutnya, kerja keras terus dilakukan pemain-pemainnya untuk memulihkan kondisi secepat mungkin. “Dengan kerja keras dan keseriusan kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk mencapai juara,” tuturnya.
Tidak ada yang menduga kami bisa mencapai final. Ini akan menjadi final kami dan kami harus bermain dengan kesabaran, ketenangan, juga dengan hati dan rasa lapar,” ucap Javier Mascherano. Sabella menyatakan kekagumannya terhadap sepak bola Jerman. Ia menyebutkan, sepanjang sejarah tim itu, Jerman selalu menunjukkan kekuatan fisik, taktik, serta mental juara. “Juga selalu memiliki pemain dengan sentuhan Amerika Selatan. Bagi kami, pertandingan nanti akan sangat sulit. Sebelumnya Jerman tidak bermain dalam tambahan waktu, kami menjalaninya,” tutur Sabella. Terlepas dari kondisi di atas, tekad Sabella untuk menorehkan sejarah baru sepak bola negerinya, dengan gelar juara ketiga kalinya tak bergeser sedikit pun. Argentina adalah juara dunia 1978 dan 1986.
Sekadar bahan perbandingan, inilah strategi dasar Jerman yang diprediksi belum berubah.FORMASI Jerman 4-2-3-1 GK: Neuer DF: Lahm, Boateng, Hummels, Howedes MF: Khedira, Schweinsteiger MF: Mueller, Kroos, Ozil FW: Klose Sedangkan tim Tango dengan formasi: 4-3-1-2 GK: Romero DF: Zabaleta, Demichelis, Garay, Rojo MF: Biglia, Mascherano, Perez MF: Messi FW: Higuain, Lavezzi
Sebagai catatan penting lainnya, Jerman memiliki catatan 18 kali tampil di Piala Dunia. Dari jumlah itu “Der Panzer” tercatat sebagai tim yang paling banyak tampil di babak final (tujuh kali), dengan hasil tiga kali juara (1954, 1974, 1990), empat kali runner-up (1966, 1982, 1986, 2002), serta empat kali menembus semifinal dan meraih posisi ketiga (1934, 1970, 2006, 2010). Sementara Argentina mencatat 16 penampilan di Piala Dunia. Dari jumlah itu tim “Tango” mencatat empat kali menembus babak final dengan catatan dua kali juara (1978, 1986) dan dua kali runner-up (1930, 1990). Sukses ke final dalam Piala Dunia 2014 merupakan catatan kelima bagi Argentina, yang kini menduduki peringkat ke-5 FIFA. Nah, tim mana yang akan anda jagokan di final ini? Pasti banyak yang ke Jerman, tapi ada juga yang berharap keberuntungan di tangan Argentina. Sementara pertanyaan paling krusial yang bisa mencuat adalah: Mungkinkah terjadi tragedi yang menimpa Brasil, pada laga Jerman vs Argentina, di mana ada salah satu yang jadi korban pembantaian gol-gol kejutan? Sulit meramalkannya.
Sumber : beberapa bacaan terkait .