Dari Parapat Rosa naik feri dari Ajibata. Setiba di Tomok ia langsung carter mobil Kijang ke Tuktuk. Sudah hampir malam ia tiba di Tuktuk. Rosa memilih menginap semalam, sambil mencari tahu keberadaan Nika. Setelah makan malam di salah satu rumah makan European Food, Rosa mendatangi hotel dan rumah-rumah acomodation yang berdekatan dengan hotel penginapannya.
Lima hotel dan tiga acomodation termasuk dua penginapan berbentuk rumah adat, ditanyainya apa ada penginap bernama Nikana. "Orangnya masih muda, rambut lurus lewat bahu, ada lesung pipit," kata Rosa menggambarkan ciri khas Nikana.
Hampir setiap manager dan karyawan yang ditemui di ruang resepsionis, geleng kepala.
"Sangat menyesal tak bisa bantu nyonya. Di sini hanya ada tujuh wisatawan dari Singapore dan Malaysia, dan dua dari Surabaya," ujar salah seorang manager hotel setelah membuka buku tamu.
Rosa kecewa. Tapi ia menahan diri agar tidak stres.
"Coba tanya hotel lainnya nyonya, mungkin di sana." kata manager hotel itu dengan ramah.
Rosa penuh harap melangkahkan kaki lagi ke hotel disebutkan sang manager. Ada tiga hotel klasifikasi bonafide yang dikunjunginya malam itu. Dua yang pertama jawabannya idem dito alias sama saja. Tapi pada hotel yang letaknya posisi agak curam, Informasi itu akhirnya didapatkan juga.
Gadis karyawati hotel itu membaca daftar tamu yang masuk sejak seminggu atau lebih. Lalu sambil senyum, ia membenarkan ada tamu bernama Nikana di kamar Very Important person (VIP).
Wajah Rosa berbinar ceria dan merasa lega.
"Tolong antarkan aku ke kamarnya, dia ponakanku,ada perlu bangat," Rosa berkata buru-buru.
Tapi kegembiraannya segera sirna ketika seorang pria yang agaknya adalah manager hotel, muncul dari pintu belakang Front Office, berkata dengan nada pasti,"Dia sudah check-out tiga hari yang lalu nyonya."
Sirna kegembiraan Rosalina. Ia menatap manager itu dengan pandangan kecewa.
"Check out? Oh..."
Manager itu mengangguk.
"Artinya, dia sudah meninggalkan Tuktuk?"
"Kalau itu kami kurang tau nyonya, tapi..." manager hotel berpaling pada gadis karyawati di sampingnya. "Kalau tak salah dengar, sepertinya dia mau ke Tarutung."
"Tarutung?" Rosa mengerutkan dahi berpikir keras. Ngapain pula anak itu ke Tarutung. Aneh!
Manager itu menambahkan," Dia bersama seorang pemuda bernama Riko, dan saya sempat dengar mereka menyinggung mobil rental di Tomok, rencananya ke Tarutung."
Rosa tertegun cukup lama. Bingung. "Kalau ke Tarutung ngapain ya dan di mana mencarinya," ia seakan bicara pada diri sendiri.
"Manalah kami tau nyonya, tapi kurasa gadis itu menginap di hotel juga di sana, coba nyonya lacak ke Tarutung mudah-mudahan ketemu."
Rosa mengangguk dengan pikiran galau. "Terima kasih pak."
Siang itu juga Rosa sudah siap berangkat ke Tomok, memburu feri ke Parapat sesuai jadual yang ditentukan. Dia terpaksa minta tolong pada pemilik sebuah mobil Innova untuk diantarkan ke Pelabuhan feri dengan sistem rentalan.