Horas Ketua!!..Ketua!!! Kata itu sering terlontar . Walaupun sebenarnya tidak sebagai ketua tetap dipanggil ketua. Bentuk sapaan akrab, sebutan yang menurutku bisa jadi sebagai bentuk Egaliter,tapi bisa sebaliknya sebagai sindirian. Bukan harus jadi ketua yg sebenarnya dipanggil ketua. Mungkin saja orang Medan tak ingin membangun dikotomi antara yang tak ketua ataupun yang tidak. Entah seperti apa proses sejarah interaksi sosial dengan sapaan ketua itu terjadi sayapun tak tahu. Yang pasti banyak ketua di Medan
"Kalau sudah dipanggil ketua syoor awak". Kata orang Medan,istilah orang Medan "diumbang awak". Dan kalau sudah dipanggil Ketua! Mudah-mudahan "cair". Keluarlah minimal warna biru itu dari dompet. Ini hanya cerita-cerita bukan gambaran orang Medan secara umum. Jangan nanti di luar kota Medan saya dipanggil ketua, berharap warna biru atau bahkan merah keluar dari dompet. Soalnya saya tak ketua
Semakin sering panggil ketua maka panggilan akrab Bung seakan redup ditelan zaman para ketua-ketua. Padahal ada jargon yang sudah lama ini Medan Bung! Tak elok rasanya diganti menjadi Ini Medan Ketua. Kata ketua semakin akrab ditelinga, seperti banyak kali orang menjadi ketua. Atau barangkali kali juga menjadi ketua itu mahal di Medan. Kita tahu banyak organisasi di Medan, entah apapun itu latarbelakangnya. Tapi jangan panggil aku ketua. Dan tak mau juga diplesetkan menjadi "Ketuaan" . Lebih baik panggil aku Bung! Biar umurnya lebih muda dariku, dipanggil Bung itu lebih enak.
Tapi siapa ketua sekarang???? Ah.. ngak perlo juga awak pusing,toh tak berjabatan sebagai ketua tetapnya nanti dipanggil ketua. Medan Negerinya para Ketua Kan?