Perlu dicermati bahwa tidak banyak caleg yang melakukan kerja-kerja riil, mendekatkan diri secara langsung dengan target pemilih. Apalagi dari survey menunjukkan bahwa 70% lebih caleg masih wajah-wajah lama (incumben), kita tahu bahwa kinerja mereka sudah banyak disorot. Bahkan ada yang sampai mewacanakan jangan pilih caleg incumben. Ini merupakan ekspresi ketidakpuasan atas kinerja legislatif di berbagai daerah mauapun di pusat.
Kemunculan beberapa sosok capres yang menimbulakn pro kontra, harusnya ditempatkan pada wilayah lain dari pertarungan politik, sehingga kemudian para caleg harus bisa meyakinkan pemilih apa yang menjadi program-program partainya ke depan. Sayangnya, cara-cara pengggalangan massa masih saja lewat serangkaian hiburan, bahkan goyangan yang menggiurkan nafsu. Bukan mendidik rakyat agar melek politik.
Untuk pileg yang berkualitas, sebaiknya dibuat pendidikan politik dengan mengajak warga masyarakat untuk memilih caleg yang tidak mau membeli suara, caleg yang punya jejak rekam yang baik, caleg yang punya kualitas. Jika ada caleg yang membayar suara, dengan memberikan uang hingga ratusan ribu rupiah per pemilih berarti si caleg tidak punya kepercayaan diri untuk menjadi pemimpin. Jika ada caleg akan menjanjikan membangun fasilitas , infrastruktur itu hanya umbar janji karena pembangunan infrastruktur sudah ada kerangka perencanaannya.
Oleh karenanya bagi segenap warga kompasiana mari tularkan agar jangan mau dibeli suaranya pada pemilihan legislatif yang akan diseleggarakan pada 9 April 2014. Sebarkan, lewat media sosial, melalui sms, dan lain sebagainya . Kalau setiap orang mengirimkan sms atau pernyataan anti politik uang dengan asumsi bahwa akan ada sekitar 100 juta yang ikut memilih, diharapkan pemilih kita lebih berkualitas. Harus dicatat praktek politik uang telah merusak sendi demokrasi dan menyuburkan korupsi. Ini masih akan Pileg belum Pilpres.... mari cerdaskan pemilih!!