Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Saran kepada Dirjen SDA Bapak M. Hasan untuk Mencegah Banjir di Kota Besar Pinggir Pantai

1 Februari 2014   08:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16 26 0

Bapak Moch. Hasan yang terhormat,

Saya adalah Leo Kusima, yang kira-kira satu setengah tahun yang lalu pernah bertemu Bapak, ketika Bapak menjabat Kalitbang di Dep PU. Menyampaikan gagasan saya mengenai patent saya “Jalan layang khusus motor dan sepeda” untuk menyelesaikan kemacetan di kota besar di Jakarta.

Saya membaca berita, bahwa Bapak turut rapat dengan beberapa kepala daerah di Katulampa, Bogor. Dalam rapat dibahas penambahan beberapa situ/waduk/sodetan, untuk mencegah/mengurangi banjir didaerah Jakarta/Tangerang/Bekasi.

Untuk mencegah kebanjiran di kota-kota pantai di seluruh Indonesia, memang kita bisa memanfaatkan situs/waduk/sodetan/danau/sungai sebagai penampung air hujan, dan penyerapan air ke dalam tanah. untuk menampung air hujan yang akhirnya ke laut, tetapi karena daya tampung situs/waduk/sodetan/danau/sungai terbatas karena pengendapan, maka kita harus cari jalan keluar untuk meningkatkan daya tampung situs/sodetan/danau/sungai serta daya resapan tanah atas air hujan.

Jikalau suatu hujan besar, alam menurunkan 150 juta meter kubik air ke bumi di pegunungan daerah gunung dan kota pantai dalam waktu hujan besar selama 4 jam, maka, kita harus bersiap air yang mengalir sebanyak 125 juta kubik yang masuk kota pantai (misalnya Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi) melalui sungai.

Jika kemampuan membuang air ke laut adalah 2 juta kubik air per jam, berarti kita memerlukan 62,5 jam untuk menyalurkan air hujan ke laut, jika laut pasang, mungkin kita butuhkan 80 jam untuk membuang air hujan ke laut. Makanya, kota tersebut jadi banjir.

Memang, ada pemimpin pemda bilang, telah menyediakan danau, waduk, situ, sungai dan Kanal untuk siap menangkis kebanjiran, tapi sebelum hujan, danau, waduk, situ, sungai dan kanal itu sudah penuh dengan air, fungsinya hanya menyalurkan air dengan kali-kali eksisting, sungai, kanal, danau, waduk dan situ tidak berfungsi menangkal banjir, hanya menyalurkan air hujan yang sangat besar, maka jika hujan besar, kota besar dipinggir pantai, BANJIR!

Pemda DKI ingin membuat situ atau waduk kecil di sekitar Jakarta, misalnya Tangerang, Depok dan Bogor, kelihatannya mendapat hambatan dari pemda Tangerang, Depok dan Bogor. Pemda kota besar di pantai laut kelihatannya kehabisan akal.

Dengan kemajuan teknologi, sekarang BKMG sudah bisa memperkira intensitas hujan, dan kapan akan mulai, maka kita bisa siap pencegahan banjir sebelum hujan dimulai.

Daya tampung danau, waduk situ situ diperhitungkan dengan baik, 10 jam sebelum hujan, air di waduk/danau/situ/sungai disedot sampai hanya tersisa 20%, dan dibuang ke laut sejak sebelum hujan tiba, air di Banjir kanal (BK) dan sungai juga disedot hampir kering dibuang ke laut, sehingga sekali hujan besar, sungai dan BK menghasilkan daya tampung ekstra. Jika tidak disedot awal, sama sekali tidak ada daya tampung!

Pasang 100 unit pompa, dengan kapasitas masing-masing minimal 10,000 kubik meter per jam, sehingga daya sedot 1,000,000 kubik per jam, satu hari sanggup sedot 20 juta kubik. Jika daya sedot kurang, bahkan bisa ditambah menjadi 200 unit berjejer di pantai.

Tentu daerah pantai yang biasa kena air rob harus dibuat tanggul sungai yang tinggi, waduk yang lokasi di dekat pantai, harus dibuat tanggul beton pencegah air laut yang pasang masuk atau merembes dari tanah pantai masuk ke waduk, tanggul sepanjang pinggir kali yang menuju laut juga ditinggikan sehingga air rob tidak masuk ke sungai/Banjir kanal, dibuat semacam pintu air.

Kita hitung dulu daya tampung seluruh situs/sodetan/danau/sungai serta daya resapan tanah, andaikata daya tampung sebesar 3 juta kubik air, ditambah air di sungai ada 7 juta kubik, maka setelah disedot sekian jam, air sungai, danau, waduk, situ hampir kering.

Andaikata hujan diperkirakan mulai jam 00:00, karena air di sungai/BKT/BKB/danau/waduk/situs sudah dikeringkan dengan sedotan raksasa ini, ketika air hujan dari Gunung mulai tiba, dengan kondisi sungai/BK/danau/waduk/situs yang hampir kering, jelas tidak membuat banjir, dan ketika air hujan sampai di muara/waduk yang mendekati pantai, akan disambut oleh mesin pompa yang kerja terus. Ketika air hujan terus datang, sungai/BKT/BKB/danau/waduk/situs menjadi setengah penuh, air disedot terus, jadi kita andalkan kecepatan flow air dan ditambah daya mesin pompa untuk menyeimbangi air dari gunung, maka kemungkinan terjadi banjir besar dapat dikurangi.

Prinsipnya, kapasitas flow air hujan ke laut dari sungai/kanal ke laut, ditambah daya sedot 20 jam hasil pompa, harus merupakan minimum 120% dari curah hujan terbesar, ditambah sebelum hujan, telah “mengosongkan” air di danau/waduk/situ/sungai/kanal, akan sanggup mencegah air hujan membanjiri kota-kota besar di pinggir pantai.

Di luar memasang pompa penyedot besar dalam jumlah besar, penghijauan gunung di hulu sungai perlu ketat dilaksanakan, kalau bupati didaerah bersangkutan tidak sanggup melaksanakan karena tidak becus, dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemda tidak boleh menghalanginya (dikeluarkan UU atau perpu). Penghijauan ini akan dapat menahan air sehingga tidak melepaskan air hujan sekaligus ke sungai.

Sungai juga harus diremajakan, sehingga daya tampung air dapat diperbesar, juga harus dibuat agar pantai sungai cukup tinggi, sehingga dapat menampung air lebih banyak. Meninggikan pantai sungai dan waduk yang berlokasi di dekat pantai laut itu penting, agar air rob tidak balik ke sungai dan waduk di dekat pantai laut.

Danau, waduk, situ juga harus dibuat lebih dalam sehingga dapat menampuna air lebih banyak, sehingga dapat mengurangi banjir akibat hujan besar.

Saya bukan ahli banjir, ini hanya sebagai pemasukan kepada Bapak Dirjen SDA, siapa tahu bermanfaat.

Terima kasih atas perhatian pak Hasan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun