Tidak terlalu banyak yang tahu bahwa hari ini diperingati sebagai Hari Lansia Nasional (entah lupa atau memang tiak tahu). Lasia atau lanjut usia adalah mereka yang dipenghujung usia harusnya mendapat perhatian yang lebih dari keluarganya, entah anak atau cucu bahkan mungkin cicitnya. Namun sangat disayangkan, karena alasan kesibukan, banyak anak yang kemudian menelantarkan para lansia. Ada yang membiarkan orang tuanya begitu saja, ada yang memberikan pendamping entah itu pembantu biasa atau yang terlatih merawat lansia atau memasukkannya ke panti werda/panti jompo.
Padahal diumur mereka itu, mereka sangat ingin berkumbul, bercanda tawa dengan keluarga. Dengan memasukkan mereka ke panti werda atau hanya memberikan pendamping bayaran, mereka merasa “terbuang”. Dibuang oleh orang-orang yang mereka besarkan dengan cinta kasih, terdengar seperti anak durhaka kan? Sayangilah orang tua, para lansia, se”nakal” apapun mereka. Ingatlah bahwa dalam darahmu juga mengalir darah mereka.
Menghadapi lansia itu lebih susah daripada menghadapi balita, lebih keras kepala dan membandel. Belum lagi harus menghadapi penyakit ingatannya. Hal itu saya ketahui, karena saya pernah merawat nenek saya yang berumur sekitar 98 tahun, beberapa tahun lalu. Sering Beliau melontarkan kata-kata yang kurang sedap didengar, menyakitkan hati malah. Mungkin bila itu bukan nenek kandung saya, mungkin saya tidak sesabar itu merawatnya.
Saya selalu berpegangan pada prinsip “karmapala” dimana apa yang saya tanam, dikemudian hari itulah yang akan saya petik. Saya hanya tidak ingin, nanti ketika saya tua, saya diperlakukan semena-mena oleh keturunan saya, sehingga saya berbuat baik pada nenek saya. Nenek yang memang sangat saya sayangi, nenek yang ketika saya kecil sangat memanjakan saya. Walaupun pada akhirnya ketika Beliau meninggal saya tidak dapat mengikuti prosesi kremasinya.
Saya sangat mencintai kalian Wayah, Mbah, Kakiang dan Dadong, semoga kalian mengetahuinya, walaupun secara fisik, kalian sudah tidak mendampingi saya lagi.