Apalagi, acara ini dipandu oleh jurnalis kawakan Najwa Shihab, yang sudah terbiasa 'menguliti' narasumber yang diundang, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan menukik, tajam, dan mendalam. Track record Nana --panggilan akran Najwa Shihab- sebagai host yang jitu mengulik hingga 'palung terdalam' pernyataan narasumber sudah tak diragukan lagi.
Pada kesempatan ini Mata Najwa mengundang tiga orang bacapres, mereka: Anies Rasyid Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Mengapa? Ya karena sampai hari ini ketiga orang itu yang sudah 'hampir pasti' jadi capres dengan diusung koalisinya masing-masing. Tak ada tanda-tanda poros keempat yang akan mengusung bacapres lagi di luar ketiga nama itu.
Dari 'curi-curi waktu' untuk menyaksikan tontonan bermutu via livestreaming itu, kita --setidaknya saya secara pribadi- jadi punya gambaran seperti apa kualitas ketiga bakal capres tersebut. Anies sebagai bacapres yang pertama tampil pada acara itu, menyampaikan gagasan-gagasan yang sebenarnya cukup menarik. Misalnya soal pendidikan gratis, pengentasan kemiskinan, energi hijau, isu soal pemberantasan korupsi dan lain sebagainya.
Namun sayang, banyak gagasan yang disampaikan Anies itu sudah dilakukan Ganjar di Jateng. Sehingga, daya tariknya tidak begitu kuat. Boleh dibilang, Anies kalah set. Apa yang Anies pikirkan Ganjar sudah lakukan. Atau, ketika Anies sedang berpikir, Ganjar sudah melakukan.
Misalnya, soal pendidikan gratis. Ganjar sudah melakukan itu dengan mnggratiskan SPP sekolah yang berada di bawah kewenangan Pemprov Jateng. Lalu, SMKN Jateng --sekolah boarding dan semi boardig gratis, khusus untuk warga miskin, yang adaptif terhadap dunia indsutri-. Sekolah ini yang dibidik Jokowi untuk direplikasi secara nasional.
Pun, saat refleksi di depan kaca sebagai bagian terakhir dari penampilannya di atas panggung, Anies tampak berputar-putar. Tidak sat-set menyampaikan refleksinya.
Bacapres yang kedua naik panggung, Ganjar Pranowo, penampilannya cukup baik. Ia bisa menyampaikan gagasannya secara lugas dan runut. Misalnya soal tiga fondasi dan 7 strategi yang akan ia lakukan bila terpilih menjadi Presiden Indonesia pada 2024.
Lantaran penjelasannya yang runtut dan cukup lugas, Nana 'sedikit terdiam', tak banyak mencecar dengan pertanyaan-pertanyaan. Soal isu petugas partai, azan, hingga parkara penanganan proyek-proyek pemerintah, semua tuntas dijawab Ganjar secara gamblang dan tuntas.
Tiba saat refleksi di depan cermin, apa yang disampaikan Ganjar lugas dan berinis. "Sesuatu yang tidak bisa saya lupakan adalah pesan kedua orangtua saya: 'Kalau soal jabatan Njar, jangan pernah kamu kejar. Kalau itu takdirmu, laksanakan dengan baik. Jangan pernah korupsi. Bismillahirrahmanirrahim."
Jujur saja, dari ketiga bakal capres yang tampil, Prabowo Subianto sebagai orang terakhir naik panggung 'sedikit belepotan' dalam menyampaikan gagasan. Apa yang ia pikirkan, seperti tidak sinkron dengan apa yang ia ucapkan. Mungkin karena usianya yang sudah sepuh, sehingga kecepatan koordinasi antar sarafnya sudah cukup berkurang.
Misalnya, saat membahas soal pendidikan, Prabowo bilang: 'Universitas negeri dan sekolah negeri tidak boleh dipungut bayaran oleh siswa-siswanya'. Yaelah pak, dari dulu memang siswa-siwa itu tidak memungut bayaran kepada sekolah. Mereka itu peserta didik, bukan preman. Justru sebaliknya, sekolah-sekolah yang memungut 'bayaran' kepada siswa.
Pun saat menjawab pertanyaan-pertanyaan menukik dari Nana, Prabowo tampak emosional dan tidak tenang. Padahal, Nana mencecar pertanyaan tajam karena penjelasan Prabowo yang dinilai kurang gamblang.
Saat tiba pada sesi refleksi di depan kaca, Prabowo juga tidak mau melakukannya sebagaimana halnya dua bacapres lain yang tampil sebelum ia. Ini seperti Prabowo tidak mau menerima kritik, tidak mau merefleksikan dirinya. Atau jangan-jangan ia takut, apa yang dilihatnya di cermin tak seperti apa yang ada di benak, tak seperti yang dibayangkannya. Sudah pak, istirahatlah.
Dari menonton acara Mata Najwa on Stage Yogyakarta di Grha Sabha UGM dengan tema '3 Bacapres Adu Gagasan', semakin terlihat mana yang punya kualitas dan gagasan yang jelas. Dari situ, saya semakin yakin memilih Ganjar. Ya, Ganjar Panowo, politiku PDIP berambut putih. Terima kasih Mbak Nana, sudah menunjukkan kepada kita, siapa yang punya gagasan dan siapa yang arogan. Tabik! (*)