Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

selir hatimu

3 Juni 2012   10:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:27 1050 0
Beberapa waktu lalu, saat tergeletak di rumah sakit pasca operasi histerektomi, gue bisa ikutan sekedar menikmati acara televisi lokal meski yang gue suka acara komedi dan lagu-lagu aja.

Ada satu lagu, yang judulnya kok menggelitik hati gue: 'selir hati'. Bait pertama dan kedua, emang rada gak 'nyambung' dengan refrain-nya. Tapi gue gak lagi menganalisis lagu, mau pinjem lirik refainnya aja;

"aku rela, oh aku rela, bila aku hanya menjadi selir hatimu untuk selamanya, oh aku rela, ku rela...".

Nah, beberapa waktu kemudian, seorang teman perempuan kirim inbox gue dan curhat tentang persoalan hidupnya, begini:

-----

W: "Mencintai berarti memahami dan memaafkan" note by lentera, seuntai kalimat bijak tapi memiliki makna yg sangat luas. Sekarang tolong kasih pencerahan buat gue, secara gue emang lagi butuh-butuhnya neh.

Kalo kita menyayangi seseorang, mungkin belum mencintai (beda gak si...?) lalu saat gue tau ternyata dia lagi dekat dgn "seseorang", muncul rasa cemburu, berusaha memahami bahwa mereka hanya berteman, tapi tetap aja gak bisa dipungkiri rasa itu selalu mendominasi hati. That's mean kita belum mencintai seperti note lentera yah..??

L: kalo lo msh blm terikat secara hukum dengan orang itu, ya jangan impulsif lah, teman. tanya ke dia tanpa emosi, hubungan dengan temannya itu bagaimana. Lo bilang gini: "daripada aku salah tuduh dan sia2 terbakar cemburu, serta buang waktu nunggu kamu, tolong jalaskan bagaimana kamu dengan si anu". Lo bilang gitu sambil canda, jangan kayak di sinetron terlalu emosional dan didramatisir.

kalo dia bilang gak ada apa2 (biasanya begitu), lo bilang lagi; "apa ya, yang gak ada di aku tapi ada di dia, supaya aku bisa tetap dekat sama kamu. supaya aku bisa perbaiki diriku karena aku ingin kamu senang. aku ingin kamu senang karena aku sayang kamu", lagi2, katakan dengan tenang, subyeknya adalah diri lo, bukan dia atau temannya. Taman, lo kan dulu masuk nominasi aktris terbaik waktu kita kuliah sanggar sastra, pasti lo bisa. he he he... anggap aja dia itu pelanggan toko lo yang lagi nyoba belanja di toko baru, jadi lo perlu tau 'layanan' apa di toko itu yang gak ada di lo tapi mampu menyenangkan pelanggan lo.

Menurut gue, sayang pasti diiringi cinta dong, teman. spt kata rahman dan rahim, dua sifat allah yang selalu beriringan. cemburu itu pasti ada dalam dua kata itu, karena ada rasa 'memiliki', seperti kanak2 yg merasa memiliki mainan dan marah ketika mainaannya direbut atau diminta.

rasa memiliki kita, orang dewasa, mestinya beda. dalam arti kesadaran bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini bukan milik kita tapi milik-Nya, maka ketika mereka hilang, pergi, musnah, kita harus bisa menerimanya. emang gak gampang. kalo barang hilang aja bikin kita nangis dulu, apalagi orang. Tapi meskipun yang kita cinta itu, 'milik sementara' kita aja, kita juga perlu merawatnya, kan? Tentu dengan cara 'memahami dan memaafkan', supaya dia bisa tetap 'sementara' jadi 'milik' kita.

Memahami 'cinta' kita yang sedang sementara beralih perhatian, dengan kesadaran; mungkin saat ini dia butuh 'teman'. Nah, pelajari karakter 'teman'-nya itu, sehingga kita tau, kenapa 'teman' itu menyenangkannya. mungkin karakter itu gak ada di diri kita, atau kalo udah ada, mungkin dia aja yang sedang jenuh. itu wajar menurut gue, kejenuhan itu pasti ada. jadi, jangan menyerah dan impulsif. cuekin, bersenang2 dengan diri lo, dengan anak2 lo, terima dia terus seperti gak ada apa2. gue yakin dia sebetulnya sadar, dia punya yang lebih istimewa, yakni anak2 dan ibunya anak2. kalo hatinya lagi 'adem', komunikasikan, minta maaf, katakan bhwa selama ini perhatian lo lebih ke anak2, bukan ke dirinya. Itu bisa lo lakukan kalo hati lo sendiri mau maafkan kenapa dia bisa begitu.

Teman, lo pasti lebih paham dia kan, daripada 'teman'nya?, sebab lo lebih lama hidup dengan dia. memahami dan memaafkan, membuat lo bertindak rasional, bukan emosional.

W: thanks banget say..., gue memang mencoba untuk memahami mungkin saja kejenuhan sedang melanda hubungan yang selama ini terjalin dengan harmonis, tapi kadang kala tetap aja gue merasa cemburu sekaligus iri tatkala kita tau bahwa yang di sana jauh lebih muda dan pastinya menyenangkan, lebih fresh untuk dipandangi dan dilihat, yang tawanya manja menggelitik hati, yang tatapannya pasti membuat mata tak ingin berpaling. Kalau sudah begitu, bisa apa diri ini? Tak ada perasaan yang bisa menggambarkan betapa hati begitu nestapa. gue mencoba untuk tidak perduli dan berusaha untuk tidak tahu apa2 bahkan bersikap seolah tak ada rasa "cemburu" tapi gue cuma manusia yang terlahir sebagai wanita. Yakin dia tak akan pernah meninggalkan, tapi untuk apa kalau saat ini yang sedang mendominasi pikirannya bukanlah gue?

Mungkin fase ini memang harus tetap gue jalani dan tuhan tau kemampuan kita menjalaninya. Tetapi jangan bosan kasih gue spirit ya say.... buat gue, lo itu wanita yang begitu tegar tanpa meninggalkan kewajaran. justru dalam setiap kewajaran lentera itu, sesungguhnya tersimpan ketegaran yang tidak semua wanita memilikinya.

L: teman, kehidupan keluarga dan cerita teman-teman sekolah dan kuliah dulu tentang orang tua kita, yang bikin gue banyak belajar.

Yang tau bener hati lo adalah lo sendiri. Nah, jika masih ada cinta dan sayang di hati lo buat dia, "bukan didominasi api cemburu", maka yang dia lihat adalah cermin hati lo dari mata lo dengan pancaran cahaya itu. Yang terlihat dari gerak-gerik lo pasti kemanjaan, perhatian, seperti waktu 'cinta' itu pernah menyala. Lo pasti ingin manjain dia, layani dia, nyenengin dia. Gitu, kan perlakuan orang ke orang yang dicintai? Atau, lo bisa libatkan anak2, untuk mengenang momen2 indah kebersamaan dulu, itu lebih jitu. misalnya jalan2, atau cetusan2 spontan pas lagi ada dia; 'dek, dulu waktu kamu bayi papa kamu suka gendong kamu dan paling seneng gelitiki", dll. Ah, teman, gue yakin lo bisa improvisasi deh.

Gue baru baca juga di satu majalah wanita, "Dalam pernikahan yang dewasa, kita menyadari bahwa kita tidak selalu harus jatuh cinta satu sama lain. Namun, pernikahan yang dewasa memampukan diri kita ketika kita tidak saling mencintai, untuk tetap bersama sampai kita kembali saling mencintai". (Judith Viorst dalam bukunya Grown-up Marriage)

W: Sungguh gue terharu atas segala suntikan semangat juga saran2 yang mampu menjernihkan titik pandang gue saat ini, memang banyak yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki semuanya demi segalanya.

Lentera, thanks for all have you done to me, I proud of you.... Always keep your spirit for you give to all.

------

Begitu rangkaian thread inbox gue. Loh, apa kaitannya dengan lirik lagu pengantar kisah ini?

Kalo bener-bener cinta, mereka yang belum jadian aja, dan gak ditanggapi (seperti dalam lagu itu), mereka rela jadi selir hati, kenapa yang udah jadi dan pernah saling mencinta gak mau 'bertukar' posisi? Anggap aja sekarang teman gue itu lagi jadi 'selir'. Hidup ini seperti roda berputar, kan? Gak statis, tapi dinamis, biarpun teramat tragis...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun