Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Di Balik Kode AI

4 Oktober 2024   21:16 Diperbarui: 5 Oktober 2024   05:26 75 1
Melampaui Kode AI

Puisi Oleh Leni Marlina



Kita berjalan dalam era cahaya,
Di mana mesin merangkai angka tanpa nyawa,
Namun hati, jiwa, tak pernah bisa tersentuh,
Oleh kode dingin yang tak punya rasa.


Pramoedya menorehkan kisahnya,
"Menulis adalah perlawanan terhadap sunyi," katanya.
Bukan sekadar kata yang mengalir di atas kertas,
Namun jiwa manusia yang berbicara dalam setiap aksara.


Apakah AI, kecerdasan buatan,  mengerti rindu yang perih?
Atau getir manisnya peluang yang pergi?
Hanya manusia yang mampu merajut luka,
Menjadi cerita yang menyentuh hingga ke sukma.


Di ruang kelas, guru tak hanya bicara,
Tapi menyalakan api dalam jiwa yang hampa,
Menuntun dengan cinta, bukan hanya ilmu,
Menghadirkan makna dalam setiap langkah yang rapuh.


AI mungkin memberi jawaban tak bernada,
Namun tak bisa memeluk jiwa yang terluka,
Karena pendidikan bukan sekadar pengetahuan,
Ia adalah kehidupan, dan kita adalah jantungnya.


Dalam kepemimpinan, empati adalah lentera,
Tiada algoritma yang mampu menggantinya,
Semangat Chairil Anwar yang ingin hidup seribu tahun,
Menyulut nyali, menyalakan kobar di setiap hati.


AI bisa menghitung, bisa meramal,
Namun tak mampu menggugah dengan senyuman,
Takkan bisa memimpin dengan kelembutan,
Atau menenangkan jiwa di kala badai datang.


Maka biarlah mesin mengurus yang tanpa jiwa,
Yang tak butuh cinta, tak perlu rasa,
Sementara kita, seniman, pencipta, pendidik,  dan pemimpin sejati,
Akan terus mengukir dunia ini dengan cinta dan arti.


Sebab di setiap langkah yang kita tapaki,
Ada api yang tak mungkin redup di hati,
Melampaui batas kode dan teknologi,
Ada kasih, ada nurani, ada manusia sejati.


Padang, Sumbar, 2024

---

Penulis adalah anggota aktif perkumpulan penulis SATU PENA Sumbar

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun