Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ketika Anak-anak Palestina Kehilangan Orangtua dan Guru

16 September 2024   13:12 Diperbarui: 16 September 2024   18:32 22 2
Ketika Anak-Anak Palestina Kehilangan Orangtuadan Guru

Oleh Leni Marlina


Di tengah reruntuhan yang merintih,
Kami duduk dalam kekosongan yang menusuk,
Orang tua kami telah pergi,
Tewas dalam dentuman yang mengoyak tanah Palestina.


Kami merindukan pelukan lembut mereka,
Suara mereka yang tenang di tengah ledakan yang mengguncang,
Kini hanya bayangan yang tersisa,
Di antara tembok-tembok yang runtuh dan tanah yang merah berlumur darah.


Guru tercinta, penyuluh jiwa dan hati kami,
Kini menghilang dalam kobaran api yang menelan,
Engkau selalu hadir dengan kasih sayang yang tulus,
Menyayangi dan memuliakan kami, murid-muridmu yang penuh harapan di Palestina.


Di ruang kelas yang dulu hangat oleh senyummu,
Kini debu-debu reruntuhan memenuhi tempat kami belajar,
Lantai yang dulu kami jejak penuh rasa semangat,
Kini berserak oleh puing dan pecahan kaca.


Di tenda-tenda pengungsian yang padat dan sunyi,
Kami mencari kedamaian di antara deru angin dan suasana yang dingin,
Langit Palestina yang selalu biru,
Kini dipenuhi asap kelam dan serpihan mimpi yang hancur.


Dari balik reruntuhan menara-menara yang pernah menjulang di Palestina,
Kami mengenang tatapan lembutmu yang selalu penuh kasih,
Kau ajarkan kami ilmu dengan sabar,
Sementara di luar, hujan peluru bagaikan badai kemarahan, menyanyikan lagu duka.


Namun, di balik duka yang membungkus malam,
Kami adalah cahaya yang tak pernah padam,
Anak-anak Palestina yang berdiri teguh di tengah badai,
Dengan tekad baja, kami melawan kepungan penderitaan.


Dalam malam yang pekat, di mana bintang-bintang tersembunyi,
Kami duduk di tenda-tenda yang suram,
Dengan tubuh yang terluka dan jiwa yang rapuh,
Di antara puing-puing yang menyisakan luka dan cacat di tubuh kami yang tak bersalah.


Kami merindukan langkahmu di jalanan sempit kampung kami di Palestina,
Yang dulu kau lalui dengan senyum dan hikmah,
Sekarang jalanan itu hanya dihiasi kesunyian,
Namun jejak-jejakmu tetap hidup dalam keberanian kami.


Kau ajarkan kami untuk bersabar dan berjuang,
Menuntut ilmu di tengah badai yang mengamuk,
Kini, tanpa bimbinganmu, kami bertanya,
Bagaimana melangkah di atas puing-puing yang tajam,
Dengan tekad yang lebih kuat, kami akan terus maju.


Di setiap reruntuhan, di setiap debu yang berhamburan,
Kami tahu, jejakmu akan selalu ada,
Mengalir di sungai-sungai Palestina yang dulu tenang,
Menyala dalam hati kami yang selalu rindu.


Tanpa orang tua dan guru tercinta,
Kami akan terus berjuang untuk masa depan,
Dengan semangat yang tak pernah padam,
Kami berjanji akan terus melangkah, demi mimpi yang tidak akan pernah pudar,
Sementara "kedamaian" yang dipuja menunggu di kejauhan, seperti bayangan samar di ufuk timur Palestina.


---

Padang, Sumbar, 2024

-----------------
*Puisi ini awalnya diterbitkan dalam koleksi puisi Leni Marlina pada tahun 2023, dan direvisi kembali serta dipublikasikan  kemudian untuk pertama kalinya melalui media digital tahun 2024.

**Sejak tahun 2006, penulis telah mengabdi sebagai dosen di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Ia juga merupakan pendiri dan kepala World Children's Literature Community (WCLC) sejak 2018. Selain itu, ia aktif sebagai anggota Asosiasi Penulis Satu Pena Sumatera Barat sejak tahun 2022, dan terlibat dengan Asosiasi Penulis Victoria - Australia sejak tahun 2012.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun