Di Antara Detak dan Doa
Oleh Leni Marlina
Di ruang sunyi ini, sahabat,
Kau terbaring seperti daun gugur,
Mengikuti aliran angin tak terlihat,
Sementara mesin-mesin berdetak,
Seperti jarum waktu yang terus berputar tanpa henti.
Dinding putih ini menyimpan diam-diam,
Cerita tentang perlawanan dan penantian,
Obat-obatan berbaris rapi, seperti prajurit siaga,
Siap berperang melawan musuh tak kasat mata,
Namun aku tahu, bukan itu yang kau nantikan.
Ada kekuatan lebih dari sekadar obat,
Doa-doa kami melayang bagai angin lembut,
Menembus kaca jendela yang dingin,
Membawa harapan yang berdesir,
Menyebut nama Tuhan, Sang Penyembuh.
Setiap napas yang kau hirup kini,
Adalah simpul dari untaian doa-doa kami,
Mengalir seperti sungai bening di tubuhmu,
Menghapus keraguan, mengalirkan damai,
Menyentuh relung hatimu yang gelisah.
Langkah perawat di lorong-lorong sepi,
Bagaikan bisikan angin yang penuh harapan,
Setiap sentuhannya adalah kelembutan yang tersembunyi,
Seperti angin lembut yang menggoyangkan ranting,
Memanggil kembali semangatmu yang nyaris padam.
Dan kami, sahabatmu, tak hanya menunggu,
Kami berdoa, kami berharap,
Seperti tanah yang merindu hujan,
Menanti datangnya kesejukan,
Agar kau bangkit, tegak dalam kekuatan baru.
Kau bukan sekadar nama di buku pasien,
Kau adalah kekuatan yang tersembunyi sementara,
Dan aku yakin, tak lama lagi angin akan menyapu awan gelap,
Membiarkan sinarmu kembali tampak jelas,
Mewarnai dunia dengan keberanianmu.
Tak ada yang abadi,
Bahkan sakit ini hanya persinggahan sementara,
Sebentar lagi, ia akan menghilang,
Dan kau akan berjalan kembali,
Lebih kuat, lebih berani,
Siap menyambut hari-hari yang menantimu.
Kami di sini, sahabat,
Menanti dengan doa dan harapan,
Bahwa ketika kau membuka mata esok pagi,
Segala luka dan lelah akan menjadi kenangan,
Dan senyummu akan kembali menguatkan hati.
Padang, Sumbar, 2024
--------
Penulis adalah anggota asosiasi penulis Satu Pena Sumatera Barat; dosen FBS Universitas Negeri Padang.