Fiona masih menenangkan dirinya. Melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mengalihkan perasaannya.
Matahari perlahan tenggelam, malam datang, matahari tergulir dengan bintang dan bulan.
Kecewa? Ya, Fiona masih menggerutu akan pertunangannya yang tertunda. Seakan kecewa sudah menjadi makanannya sehari -hari.
Sudah menjadi umum. Orang tua merantau, anak dititipkan. Tapi bagi Fiona, ini sangat mengaktikan. Masa masa golden agenya tanpa didampingi orang tua. Dia hanya ingin bersamanya. Bermain bersama, makan bersama, diantarkan ke sekolah, dijemput sekolah, layaknya teman-temannya. Ingin sekali, Fiona mendapatkan perhatian penuh tanpa terhalang jarak. Tanpa terbagi dua oleh anak bibinya. Namun, itu hanya impian belaka. Kini waktu itupun hanya menjadi catatan lampau Fiona.
Selesai mandi, Fiona mendapat satu pesan ...