Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) yang selalu di peringati setiap tanggal 5 Juni oleh semua Negara, Presiden SBY telah mendeklarasikan dimulainya Peringatan Tahun Badak Internasional. Menurut Salah seorang aktivis WWF, Indonesia ditunjuk sebagai inisiator deklarasi tersebut oleh pihak badan konservasi dunia IUCN, karena Indonesia merupakan tempat hidup bagi dua spesies badak yang paling langka di dunia, yaitu Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus).
Menurut informasi dari situs WWF Indonesia, Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang merupakan hewan mamalia terlangka di dunia yang populasinya saat ini tak lebih dari 50 ekor hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon.
Dalam tulisan ini saya tidak akan mengulas tentang Badak jawa, hanya saja karena saya akan menulis tentang WisataAlamIndonesia Taman Nasional Ujung Kulon, tempat dimana Badak jawa "bersembunyi" tak ada salahnya jika saya mengawali tulisan tentang Badak Jawa, sambil mengingatkan kawan-kawan agar tergerak untuk membantu melestarikan Badak Jawa.
Pada Tanggal 17 -19 mei 2012 yang baru lalu kebetulan saya ikut serta adalam Treking Ekplorasi Ujung Kulon bersama beberapa kawan dari berbagai daerah yang di kordinasi oleh komunitas KULONU.
Sebelum melakukan perjalanan tersebut kami berkumpul dulu di daerah Karang Tengah, Kota tangerang untuk membicarakan berbagai hal, seperti rute perjalanan, gambaran medan yang akan kami lewati, dan lain-lain.
Rombongan berangkat dari karang tengah sekitar pukul 23. 45 malam hari dan sampai di Taman Jaya Ujung Kulon jam 9.00 Pagi. Setelah sarapan nasi uduk yang telah di persiapkan panitia dari KULONU, kamipun segera bergegas menuju dermaga, disana dua perahu kapal telah menunggu kami untuk mengarungi kiindahan wisata alam perairan laut selatan Taman nasional Ujung Kulon.
Dan perahupun segera berangkat menyusuri lautan Taman Nasional Ujung Kulon yang biru dan bersih, di perjalanan kami di manjakan oleh pemandangan alam yang indah dan alami, hijaunya pulau-pulau sekitar taman nasional ujung kulon tampak indah di kejauhan,serta melewati deretan bagan milik nelayan yang kokoh terpancang di tengah lautan.
Pulau petama yang kami singgahi adalah Pulau Handeuleum, disitu kami hanya singgah sebentar, karena sebenarnya dalam intinerary tidak ada jadwal mapir di Pulau ini. Pulau handeuleum merupakan spot yang bagus dan layak di jadikan Tujuan utama trekking Ekspolarasi Ujung Kulon.
Walau di Handeuleum hanya singgah sebentar Saya sempat mengambil foto-foto fasilitas umum dan pemandangan pantai yang indah di pulau tersebut. Sarana umum di Pulau Handeuleum sangat terawat baik, kamar Mandi,Toilet dan Musholanya tampak bersih terjaga. Jika pengunjung tidak ingin menginap di resort di pulau ini juga pengunjung bisa berkemah dengan mendirikan tenda sehingga kesan petualangannya akan lebih terasa. menurut beberpa orang teman seperjalanan yang sudah berkali-kali mengunjungi Ujung Kulon, di Handeuleum ini tak cukup di eksplor selama dua hari, di pulau ini terdapat Sungai Ci genter yang merupakan tempat favorit wisatawan untuk Canoing menyusuri aliran sungai sambil melihat berbagai jenis binatang has daerah Ujung kulon, seperti Buaya, kera, Ular pyton dan lain-lain.
Dari Pulau Handeuleum perjalanan laut kami lanjutkan menuju Nyawaan, kawasan perairan yang memiliki pemandangan dasar laut yang sangat indah, termubu karang indah yang di huni oleh berbagai jenis ikan dan kura-kura laut dapat kami nikmati di perairan nyawaan tersebut dengan peralatan snorkeling. Setelah bersnorkling sekitar 2 jam tak terasa haripun beranjak sore, selanjutnya kami bergerak dari perairan nyawaan menuju pantai Jamang dan merapatkan perahu di pantai dimana terdapat sebuah bangunan tugu badak yang merupakan Simbol provinsi Banten.
Dari pantai Jamang kami melakukan trekking melewati bibir pantai menuju pantai Citelang tempat dimana kami akan mndirikan tenda dan menginap. Perjalanan jamang- citelang memakan waktu sekitar satu jam dengan medan berupa pasir pantai yang lembek seperti lumpur sehingga sandal cros yang kami pakai membelesek beberapa senti ke dalam pasir sehingga kaki terasa berat melangkah, belum lagi ombak besar yang terus-menerus menerjang kaki-kaki kami yang terkadang mencapai paha, sementara pohon-pohon dengan daun kering yang doyong menjorok ke bibir pantai membuat kami harus melangkah lebih berhati-hati, akan tetapi walau trekingnya cukup melelahkan dan harus melewati medan yang lumayan berat,di situlah justru kami mendapatkan kepuasan batin yang laur biasa.
Dan malam itu kami beristirahat di pantai citelang di dalam tenda, makan bersama di depan api unggun sambil menikmati kerlap-kerlip lampu bagan nelayan di tengah lautan, sungguh pengalaman yang tak terlupakan dan serasa kembali kemasa pramuka masa sekolah beberapa belas tahun silam.
Pagi hari perjalanan di lanjutkan menuju Pulau peucang melewati pemandangan alam yang sangat-sangat indah, Pulau panaitan dan pulau Pecang tampak hijau dan rimbun di kejauhan. Saat perahu kapal sandar di dermaga Pulau pecang yang airnya biru, bersih dan bening, di bawah perahu tampak gerombolan ikan selar berwarna putih bening berlarian, di beberapa kapal yang sandar tampak beberapa orang sedang mancing, pengunjung memang di perbolehkan memancing, tetapi di larang untuk menjala atau menjaring ikan-ikan di dermaga tersebut.
Di Pulau pecang kami melakukan registrasi dan membayar tiket masuk dan asuransi, setelah urusan registrasi beres kami berpencar, sebagian melakukan trekking menuju Karang copong di sebelah utara pulau peucang, sebagian lagi bersnorkling ria tak jauh dari dermaga. Saya sendiri memilih ikut trekking dengan pertimbangan setelah trekking saya masih bisa snorkeling walau tidak terlalu lama.
Perjalanan dari dermaga pulau peucang –Karang copong di tempuh dalam waktu 2 jam pulang pergi dan sekitar satu jam untuk menikmati pesona sekitar Karang Copong, dalam perjalanan di sekitar hutan kami beberapa kali menyaksikan gerombolan kijang, monyet dan juga babi. Suara lenguhan burung rangkong terdengar di kejauhan di sahuti suara tongeret dan burung-burung lainya.
Karang Copong adalah sebuah karang mati yang tengahnya berlubang yang terletak di tengah laut yang berdekatan dengan Pulau peucang atau tepatnya sebelah utara pulau peucang. Untuk mencapai Karang copong ada dua cara yang bisa di tempuh yaitu lewat darat melewati trek pulau peucang atau melalui laut dengan sebuah kapal. Di pantai sekitar Karang Copong kami disambut hembusan udara yang khas perpaduan antara angin laut selatan yang kencang dengan udara sejuk hutan rimbun yang sangat natural. Pantai sekitar yang berkarang terjal dan berair bening membuat kami ingin berlama-lama di tempat tersebut, sayangnya waktu kami terbatas karena pas dhuhur kami harus berada di sekitar dermaga lagi untuk makan siang, sholat dhuhur dan di lanjutkan snorkling.
Hari beranjak sore, perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Cibom, pantai dimana kami akan mendirikan tenda dan menginap, dan menjelang magrib kamipun tiba di pantai cibom. Untuk mendarat di Cibom tidak bisa lansung dengah kapal atau perahu besar, melainkan harus transit dengan perahu kecil, karena pantainya sangat dangkal dengan karang yang terjal sehingga tidak ada dermaga yang di bangun di lokasi tersebut oleh pihak pengelola Taman Nasional Ujung Kulon.
Cibom juga merupakan salah satu spot di Taman Nasional Ujung Kulon yang sangat nyaman untuk di jadikan area Camping, udara sejuk di pantai tersebut sangat nyaman mengantarkan kami menikmati tidur di tenda di pinggir pantai, saya sendiri malam itu sengaja tidur di luar tenda sampai pagi hanya bermodalkan pemakain Obat nyamuk oles satu kali. di sekitar cibom terdapat muara yang sangat kecil di mana sungai di tengahnya tidak memanjang, melainkan melebar layaknya danau kecil, Dan airnya sangatlah bersih,tawar dan sejuk baik pagi siang ataupun malam hari.
Cibom merupakan pintu masuk ke berbagai spot penting di sekitar Taman Nasional Ujung kulon yang sangat indah seperti , Tanjung Layar, Ciramea, Kalapa Beureum dan SangHiyang sirah.
Pagi hari setelah sarapan dan menikmati indahnya Sunrise, perjalanan kami lanjutkan dengan trekking menuju pantai Tanjung layar, perjalanan menuju tanjung layar kami tempuh selam 25 menit. Pantai tanjung layar sangatlah indah, bahkan menurut saya merupakan pantai terindah dari yang kami kunjungi selama tiga hari di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
Di pantai Tanjung layar terdapat menara pengawas milik Departemen Perhubungan yang di bangun tahun 1972. Tidak jauh dari Menara terdapat sebuah bukit karang yang diatasnya ada bekas bangunan penjara bajak laut peninggalan pemerintahan Hidia belanda. Selain Bangunan penjara bajak laut di situ juga masih berdiri tegak menara lainya peninggalan Belanda yang tidak terlalu tinggi juga sebuah Tandon air yang masih berdiri walau sudah tidak berfungsi.Di sekitar itu juga masih terliahat bekas tungku masak, sebuah sumur tua dan beberapa makam.
Berjalan kearah kiri bediri bukit batu yang sangat terjal yang bisa di panjat dengan keberanian dan kehati-hatian, dari atas bukit pengunjung bisa menikmati view yang sangat indah dan tempat ini sangat layak di jadikan spot favorit bagi penyuka fotografi, keindahan tempat ini agak susah di lukiskan dengan tulisan atau kata-kata saking indahnya. Karang-karang yang sedemikian indah berdiri sedemikain rupa dengan penempatan yang sangat memukau, mirip –mirip salah satu kawasan Raja ampat yang potonya pernah saya lihat sehingga walau di tempat tersebut teramat panas kami rela berlama-lama dan enggan untuk meninggalkan tempat tersebut dengan segera.
Tapi waktu membatasi kami kamipun harus segera pulang, pekerjaan telah menanti kami di kota, perjalanan tiga hari yang sangat menyenangkan di beberapa kawasan Taman Nasional Ujung Kulon membuat kami tertantang untuk kembali untuk mengunjungi tempat lainya di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon.
Untuk mengeksplor keindahan Taman Nasional Ujung Kulon tidak cukup tiga hari, karena ada sekitar 30 spot yang layak di eksplor di wilayah tersebut. Termasuk tempat di mana Badak jawa “bersembunyi” dan tidak cukup di tulis dalam satu judul tulisan tentunya.
Dan jika ada yang mengatakan bahwa Ujung Kulon adalah Surga yang teletak Ujung selatan Pulau Jawa, maka saya sangat setuju dengan ungkapan tersebut.
Di tulisan berikutnya insyaallah akan saya tuliskan hal lainya tentang Taman Nasional Ujung Kulon termasuk biaya yang di butuhkan dan cara hemat menikmati indahnya syurga di ujung pulau jawa tersebut.