Memilih menggunakan moda transportasi public di Jakarta membuat saya harus bertemu banyak hal, kehidupan Jakarta yang keras dan tidak berpihak pada kelompok kecil adalah realitas yang harus saya lihat sehari-hari. Kadang kala saya bertemu laki-laki muda berceramah dengan nada keras untuk membuat orang takut dan kemudian menyisihkan uang seribu rupiah untuknya, pengamentanpa suara karena ia berperan seperti orang gagu dengan tangan dan kaki kaku, disaat lain dia lupa ataukah sudah sembuh karena sudah bisa mengeluarkan suara. Namun, tak jarang juga laki-laki dengan gitar tua dan suara merdunya menemani perjalanan menuju Pasar Santa, Melewati Jalur Neraka mampang seperti biasa, saya tak sulit mengeluarkan receh2 yang numpuk sisa kembalian dari Trans Jakarta.