Saya masih ingat dengan jelas awal saya menginjakkan kaki di Banda Aceh 15 tahun lalu saat menjadi relawan ..tepat 2 minggu setelah kejadian maha dahsyat itu terjadi. Ya, tsunami adalah yang saya maksud. Saya saksikan sendiri bagaimana luluh lantaknya Aceh setelah tsunami berlangsung.
Saat pertama kali datang, kota Banda masih seperti kota mati apalagi saat malam hari. Separuh kota masih gelap gulita, kantong mayat masih ditemukan dijalan, sebagian besar puing reruntuhan masih dengan mudah dijumpai di mana-mana, bahkan bebekarapa kapal kayu besar masih saya lihat “nyangsang” di tengah jalan tanpa ada yang berusaha memindahkannya. Ya..saat itu tentu saja semua kegiatan masih berfokus pada pencarian jenazah dan penyelamatan /penyembuhan korban yang masih hidup. Masih dengan jelas terekam pada korban yang saya temui, bagaimana trauma mereka terhadap kejadian tersebut.