Saat ini, beberapa negara di Eropa ternyata sudah menerapkan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan dan cukup berbeda dari sistem pertanian di Indonesia. Sistem pertanian ini berbasis alami yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam untuk meningkatkan kesuburan tanah. Sedangkan di Indonesia petani-petani masih ketergantungan dengan pupuk sintetis, yang dianggap mampu memaksimalkan hasil pertanian. Faktanya hal tersebut justru menimbulkan berbagai permasalahan yang serius untuk tanah jika di manfaatkan dalam jangka waktu yang panjang dan berkelanjutan. Dampak yang dapat terjadi meliputi tercemarnya tanah, hilangnya kesuburan tanah, rusaknya ekosistem di lingkungan sekitar, hasil panen yang tidak sehat karena dapat membahayakan tubuh jika dikonsumsi sebab mengandung senyawa kimia. Melihat dampak negatif dari penggunaan pupuk sintesis yang sangat banyak, maka pengunaan pupuk tersebut perlu ditinggalkan dan diganti dengan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan demi terwujudnya pertanian yang berkelanjutan (Sustainable Green Agriculture).
Sistem pertanian yang diterapkan di negara-negara Eropa akan sangat tepat jika diterapkan di Indonesia, guna mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pupuk sintetis. Salah satu sistem pertanian yang bisa diterapkan untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan adalah penanaman tanaman penutup (cover crops). Pemanfaatan tanaman penutup dinilai mampu memberikan dampak positif bagi lahan pertanian. Namun di negara Indonesia sendiri tanaman penutup masih jarang sekali dimanfaatkan, hanya beberapa daerah yang sudah memanfaatkan itu. Hal tersebut dikarenakan tanaman penutup dianggap sebagai gulma yang merugikan oleh masyarakat awam sehingga sering diberantas keberadaannya. Adapun beberapa jenis tanaman penutup yang sering tumbuh di lahan pertanian atau pun di perkebunan adalah rumput teki, alang-alang, krinyuh, dan kacang pintoi. Tanaman tersebut sering tumbuh liar dan jarang diperlakukan dengan baik. Meskipun jarang mendapatkan perlakuan yang baik, tanaman ini sebenarnya memiliki peran sangat yang penting dalam pertanian. Khususnya pada kacang pintoi atau Arachis pintoi. Di Indonsesia kacang pintoi hanya dijadikan hiasan karena memiliki bunga yang cantik sedangkan apabila di lahan pertanian kacang ini sering dicabut karena keberadaannya dianggap menganggu bagi tanamanyang dibudidayakan.
 Arachis pintoi atau kacang pintoi merupakan tanaman parietal yang berasal dari Brazil tersebar luas di daerah beriklim tropis maupun subtropis basah. Kacang ini banyak ditemukan di negara Argentina, Australia, Colombia dan baru-baru ini ditemukan di Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Samudra Pasifik. Arachis pintoi termasuk ke dalam suku leguminosae yang tumbuh menjalar dengan batang merayap di permukaan tanah sehingga membentuk penutup yang padat. Arachis pintoi mampu tumbuh mencapai 20-50 cm serta membentuk padang yang lebat. Daunnya berbentuk lonjong dan memiliki bunga berwarna kuning yang cantik. Morfologi dari tanaman ini membuat hamparannya seperti lautan kuning yang indah dipandang mata.
Arachis pintoi merupakan tanaman penutup tanah yang baik karena mampu menutupi seluruh tanah sebagai penutup di area taman ataupun kebun. Tanaman ini memberikan keindahan, akar yang cukup rapat serta kuat memberikan daya tahan terhadap tanah yang mampu mencegah terjadinya erosi serta pertumbuhan gulma yang cepat. Oleh karena itu, tanaman ini secara alami dapat memberikan perlindungan pada tumbuhan dari gulma yang memberikan efek pencemaran terhadap lingkungan. Arachis pintoi merupakan tanaman tahunan jenis legume yang berpotensi besar dalam mengembalikan kesuburan tanah. Serupa dengan jenis legume lainnya Arachis pintoi memiliki akar yang mampu menyediakan dan mengikat nitrogen yang ada di udara melalui simbiosis dengan bakteri rhizobium. Simbiosis terjadi ketika bakteri rhizobium masuk melalui rambut-rambut akar kemudian menembus ke dalam korteks akar. Selanjutnya akar akan membentuk bintil, bintil tersebut mengandung protein yang nantinya akan mentransport oksigen untuk respirasi serta berperan dalam proses pengikatan nitrogen. Sehingga Arachis pintoi dapat dikelompokkan sebagai tanaman penyuplai nitrogen bagi tanaman utama. Adanya kemampuan tersebut membuat Arachis pintoi menjadi tanaman yang berharga bagi pertanian karena dapat meningkatkan kesuburan tanah tanpa perlu adanya penambahan pupuk nitrogen sintesis. Karena pada dasarnya nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang keberadaannya dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dengan optimal.
Melihat potensi dari Arachis pintoi sebagai sumber alternatif penghasil nitrogen tanah, kami dari Tim PKM-RE COVERCROPS melakukan penelitian terkait manfaat cover crops terhadap peningkatan kadar nitrogen tanah. Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan selama tiga minggu pengukuran diperoleh hasil berupa pada minggu ke-1 kadar nitrogen tanah sebesar 0,26%, minggu ke-2 sebesar 0,29% dan minggu ke-3 sebesar 0,34%. Berdasarkan pernyataan dari Rachman et. al (2020) standar nitrogen tanah termasuk ke dalam kategori sedang apabila memiliki rentang 0,21% - 0,50%, baik pada rentang 0,51% - 0,75%, dan baik sekali pada rentang > 0,75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa spesies Arachis pintoi berdasarkan standar nitrogen tersebut termasuk ke dalam kriteria sedang untuk meningkatkan kadar nitrogen tanah. Kadar tersebut diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu pemanfaatan tanaman tersebut dalam sistem pertanian dan pengelolaan tanah berkelanjutan.
Maka dari itu tidak salah rasanya jika menyebut Arachis pintoi sebagai tanaman serbaguna, karena tanaman ini memiliki banyak keunggulan dalam berbagai aspek. Arachis pintoi tidak hanya berperan sebagai tanaman hias dan sumber pakan ternak yang berkualitas tinggi, tetapi juga mampu meningkatkan produktivitas lahan dengan menekan pertumbuhan gulma secara alami. Dengan memilih Arachis pintoi, kita bisa beralih dari penggunaan bahan-bahan kimia yang merusak lingkungan dan memerlukan tenaga kerja manual yang intensif dalam usaha tani. Penanaman tanaman ini tidak hanya mendukung pertanian berkelanjutan, tetapi juga membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan retensi air tanah secara signifikan. Arachis pintoi bukan hanya sekadar solusi pertanian yang lebih berkelanjutan, tetapi juga memberikan kontribusi positif yang besar terhadap keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan jangka panjang bagi petani dan masyarakat sekitar.