Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Kartu Jakarta Sehat untuk Apa????

21 Juni 2014   17:00 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:54 283 2
Akibat diskusi dengan temanku di sebuah sosmed virtual, aku tergerak untuk menyampaikan pandanganku tentang program KJS (Kartu Jakarta Sehat). Aku tuliskan ini bukan untuk membela capres tertentu .. melainkan untuk mendukung ide-ide gagasan mengenai pentingnya jaminan kesehatan sosial bagi masyarakat. Tulisan ini untuk mendukung mereka yang memerlukan jaminan kesehatan dari negara.

Banyak orang menanyakan atau lebih tepatnya mempertanyakan apa sih manfaat Kartu Jakarta Sehat?? kan sudah ada Jaminan Kesehatan Masyarakat/Daerah untuk warga miskin (Gakin). Biasanya pertanyaaan ini dilanjutkan dengan kritik terhadap gagasan beliau meluncurkan Kartu Indonesia Sehat. Aku akan bicara itu kalau nanti sudah semakin jelas binatangnya.

Kembali ke KJS dan Gakin, Aku akan bicara dari pengalaman empirik, karena yang kita baca belum tentu yang ada di lapangan. Tuhan mengizinkan keluarga kami untuk membantu kerabat kami mengurus ke dua skema: Gakin dan KJS. Aku bisa bilang beda banget. Gakin perlu banyak kerja kertas (formulir dsb): harus buat Surat Pernyataan/Keterangan Miskin/Tidak Mampu (kita singkat saja SKTM ya). Tahu kah cara ngurus SKTM? ya biasa lah, lewat RT-RW-Kelurahan. Coba kita bayangkan orang/kerabat yang lagi sedan mengalami masalah kesehatan dan finansial harus ke sana kemari??

KJS? cukup dengan KTP dan Kartu Keluarga bawa ke Kelurahan - selesai. Namanya juga lebih manusiawi bos... Kartu Jakarta Sehat! tidak ada label kemiskinan di situ.

Soal pemakian/pelayanan, kesanku cukup berbeda. Dalam hal Gakin, untuk mendapatkan jadwal operasi saja cukup berbelit dan harus menunggu selama beberapa bulan (maaf tidak ingat)! Itu pun operasi terhitung minor. Sementara dengan KJS, cukup cepat padahal waktu itu operasi jantung loh dengan nilai puluhan juta.

Kalau ada yang masih bilang ini soal sampul/nama doang, aku tak tahu harus bilang apa lagi. Menurutku, KJS itu sangat memanusiakan manusia.. Semiskin-miskinnya orang, apa perasannya pegang dan tunjukkan kemana-mana SKTM demi pelayanan kesehatan murah. Semiskin-miskinnya kita memang kita mau pindai SKTM terus kita pajang di tembok FB??

Boleh lah kita mendukung calon A atau calon B, tapi yang bagus harus dibilang bagus. Jangan demi calon tertentu, kita menafikan penderitaan mayoritas manusia Indonesia. Ketika kita menghina ide-ide ini, kita mungkin sedang menghina penderitaan manusia Indonesia. Padahal kita belum tahu bahwa ide itu mungkin bisa bermanfaat dengan perbaikan di sana-sini.

Kalau mau mengritisi berikan yang konstruktif, dan berdasar. Kalau belum mengerti mari kita simak saja dan baca-baca dulu dengan saksama dan perkaya pengalaman.

Bahkan di negara maju seperti Jepang dan Australia, kartu-kartu asuransi kesehatan publik masih dipakai kok. Ini bukan soal kartu kawan. Ini soal memanusiakan manusia. Ini soal pembangunan yang inklusif, agar kekayaan Indonesia dinikmati sebanya mungkin manusia. Sistem asuransi sosial memerlukan waktu ratusan tahun untuk mencapai formatnya sekarang di Eropa... dan ini melalui proses belajar dari kesalahan. KJS ngga sempurnya?? ya memang... mana ada yang sempurna kecuali TUHAN.

Sebelum menutup tulisanku, aku akan bagikan pengalaman kilas balik di tahun 1995 ketika aku kuliah di UGM. Salah satu penghuni kos dari NTT (inisial L - semoga kau ada di situ kawan) mengalami kejang-kejang. kontan kami bawa ia dengan motor ke RS S (aku ngga usah panjangin ya nanti dituntut lagi :D). Sudah bisa ditebak apa yang ditanya pertama?? "siapa ini yang menjamin???"..

Kontan saat itu juga aku naik pitam "Ngga lihat apa ini kondisi teman saya sudah kejang-kejang begini... saya yang jamin"... padahal waktu itu aku juga kere tapi gertak aja dulu.

Entah karena percaya atau takut akhirnya kawan ini dilayani. Aku lupa siapa yang bayar hehehe.

Aku membayangkan betapa indahnya jika hal ini tidak usah terjadi lagi... orang dari timur boleh menikmati layanan di barat atau di tengah Indonesia. demikian sebaliknya...

Kawans, tolong lah jangan semua dipolitisir. jangan selalu berfikir negatif. jangan berpikir semua orang adalah seperti kita, dan jangan mengutamakan calon presiden di pikiran kita..

Ada baiknya kita utamakan manusia-manusia Indonesia yang 250 juta dalam pikiran kita (khususnya yang memerlukan dukungan negara)... berpikir positif.. tidak ada yang tidak mungkin. Kampanye itu harusnya adu gagasan untuk mencapai sesuatu yang positif bukan ABP atau ABJ. Kita harus kampanye AIM (Asal Indonesia Maju)

Damai aja ye.

Singapura, 21 Juni 2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun