Supir tersebut semakin tancap gas, dan semakin pula banyak menginjak rem mendadak karena pada saat itu jalanan agak ramai dan padat. Aku yang menjadi salah satu penumpangnya hanya bisa tersenyum kecut melihat dan mendengar mereka berdua bercakap-cakap di bangku depan tersebut.
Seorang ibu bahkan sempat mengeluarkan kata-kata kesalnya sambil memperingatkan si supir tersebut. "Jang, pelan-pelan kalo bawa penumpang teh, didieu teh jalma, lain barang." Mendengar perkataan ibu yang separuh baya tersebut, supir tersebut bukannya memperlambat tancapan gasnya, tetapi malah mengatakan, "atuh da kumaha deui bu, saya mah kejar setoran, teu cukup keur meuli beas ge."
Hmm... Mendengar percakapan antara supir, teman supir, dan ibu separuh baya tersebut, mungkin cukup beralasan apabila si supir tersebut berkelakuan seperti itu. Aku pun hanya bisa merenungi diri sendiri. Apabila pekerjaan supir angkot itu, aku yang menjalankannya. Mungkinkah aku seperti itu?