Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Amran Sulaiman, Nasib Petani di Tangan Pendiri Tiran

28 Oktober 2014   23:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:23 296 1
Di halaman istana, dengan suasana santai dan jauh dari kesan elitis, Jokowi mengumumkan nama-nama pembantunya yang ia namai Kabinet Kerja. Dari 34 nama menteri yang ia perkenalkan satu-persatu itu terselip satu nama orang Sulawesi-Selatan yaitu Amran Sulaiman yang dipercaya Jokowi memimpin Kementerian Pertanian.

Saat melihat nama Amran Sulaiman terpilih jadi Menteri Pertanian di layar tv, ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Karena dia orang Sulsel? Bukan sama sekali. Yang menarik perhatian saya adalah keterangan di bawah namanya: CEO dan Founder TIRAN Group. Tiran? Dalam KBBI, Tiran berarti raja atau penguasa yang lalim dan sewenang-wenang. Apa yang ada dalam pikiran doktor alumni Pertanian Unhas ini memilih nama itu sebagai nama perusahaannya? Sekelebat pertanyaan itu melintas dalam pikiran saya.

Penasaran. Nama Amran Sulaiman bukanlah nama yang sering wara-wiri di media. Saya lalu mencari tahu jejak rekam menteri kelahiran Bone, 27 April 1968 ini. Informasi awal yang saya dapatkan adalah dia Kordinator Sahabat Rakyat Indonesia Timur, ujung tombak pemenangan Jokowi – JK di kawasan timur Indonesia. Amran juga tercatat sebagai salah satu donatur kampanye Jokowi – JK. Di titik ini, saya mulai bercuriga bahwa ia dipilih Jokowi sebagai balas jasa telah mengantar Jokowi ke kursi kepresidenan.

Saya mencoba berpikir positif, mungkin ia terpilih karena latar pendidikannya di bidang pertanian. Amran meraih gelar kesarjanaannya, mulai dari S1 hingga S3 di Universitas Hasanuddin, kampus terbesar di timur Indonesia. Sebagai akademisi, Amran tercatat sebagai dosen Fakultas Pertanian Unhas, sekaligus peneliti dan pemegang lima hak paten.

Salah satu temuannya adalah racun hama tikus Tiran 58PS dan Alpostran. Racun temuannya ini kemudian ia produksi dan jual melalui CV. Empo Tiran. Usaha pestisida ini kemudian berkembang menjadi holding Tiran Group, yang menaungi berbagai perusahaan yang bergerak di bidang: Produsen Pestisida, Tambang Emas, Tambang Nikel, SPBU, Proyek Gula, Perkebunan Kelapa Sawit, Distributor Unilever, Distributor Semen, dan usaha lainnya.

Amran juga memiliki pengalaman sebagai birokrat di PTPN XIV. Kariernya melesat cepat, selama enam tahun Amran mendapat promosi jabatan sebanyak empat kali. Sayangnya, PTPN XIV ini adalah PTPN Perkebunan yang bermasalah dengan warga sekitarnya di Polombangkeng Takalar. Sejak tahun 2009, sengketa lahan antara PTPN dan warga ini sudah memakan korban puluhan warga yang tertembak aparat yang memihak PTPN. Tanggal 14 Oktober kemarin, bentrok masih terjadi akibat sengketa lahan itu.

Dengan latar belakang seperti di atas, sosok Menteri Pertanian ini membuat saya ragu. Bisakah seorang Amran Sulaiman membawa perbaikan pada salah satu bidang penting di negeri ini? Bisakah ia menambah luas lahan pertanian Indonesia di tengah defisit pertanian yang makin parah? Biasakah mendorong ketahanan pangan; baik kemampuan mengakses pangan oleh masyarakat ekonomi bawah sampai pengadaan pangan oleh pemerintah agar tidak lagi mengandalkan impor.

Sebagai pemilih Jokowi, saya mencoba berpikir positif dan berharap Amran Sulaiman tidak mengecewakan dan mampu mengemban amanah dalam memajukan pertanian Indonesia. Semoga pengetahuannya akan potensi pertanian dan perkebunan mampu membawa kesejahteraan pada petani-petani kita. Mari berdoa agar ia mampu membasmi ‘tikus-tikus’ yang menggerogoti pertanian kita.

Oh iya, Tiran yang dipakai sebagai nama holding grup milik Amran itu adalah singkatan dari ‘Tikus diracun Amran’.

sumber: blog lelakibugis

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun