.
Entah mengapa satu ketika seorang tetangga tiba-tiba pulang ke rumah sambil membawa empat ekor nyambik. Nyambik merupakan sebutan bahasa Jawa untuk jenis reptil biawak. Hari itu menurut rencana, beberapa bapak-bapak dan pemuda di kampung akan berkumpul di pojokan gang yang tepat berada di depan rumah saya untuk makan bersama. Sedianya daging nyambik akan digoreng dan dibuatkan sambel terasi yang maknyus rasanya. Usut punya usut, ternyata ada seorang tetangga yang berkata bahwa daging nyambik sangat bermanfaat untuk obat sakit kulit dan beberapa manfaat lainnya.
Awalnya ke-empat nyambik itu dimasukkan ke dalam karung. Karena masih sore, oleh tuan rumah yang rumahnya persis di sebelah kiri rumah saya, nyambiknya diikat di tiang pas di depan teras rumahnya. Seumur-umur saya yang belum pernah melihat nyambik bergegas ikut ribut depan rumah tetangga saya itu untuk melihat sendiri bagaimana rupanya. Hidih, belum lagi mendekat saya sudah lari lintang pukang hanya melihat ekornya. Tapi karena penasaran, sesekali saya mengintip juga untuk melihat seberapa besar ukurannya. Ternyata ukurannya sedang saja. Sepintas tampangnya seperti komodo namun moncongnya lebih panjang sehingga lebih mirip anak buaya. Karena takut, setelah sedikit berkomentar ini itu sayapun masuk ke dalam rumah.
Tak lama kemudian turun hujan. Deras sekali. Penonton yang berkerumun di depan rumah tetangga saya akhirnya pada bubar pulang ke rumah masing-masing. Dalam hati saya cemas, gimana kalo banjir? Pas seperti dugaan. Malam itu kampung banjir. Jalanan depan rumah mulai dipenuhi air. Rencana makan penyetan nyambik pun berakhir. Nyambik bertahan terikat di teras hingga dini hari.
Pagi, saat pemilik nyambik keluar rumah, begitu terkejut karena seekor nyambiknya hilang. Kampung pun heboh. Banyak orang menduga bahwa saat banjir semalam nyambik terbawa air masuk got dan hanyut ke kali. Banyak yang sedemikian meyakini, hanya saya yang punya keyakinan sendiri. Entah karena paranoid, spontan saya ndekem di dalam rumah nggak mau keluar-keluar lagi. Takut kalo tiba-tiba buka pintu dan LHAAA.. nyambiknya sudah nongkrong di depan pintu (haiiihhhh).
Sore itu, ke-tiga nyambik itu diolah juga. Dagingnya mulai dimasak menggunakan bumbu ala kadarnya. Sambel penyetan dibuat dengan aroma terasi yang sangat menggugah selera. Meski demikian tak membuat saya ikut bergabung dengan para warga. Acara makan-makan pun berakhir dengan senyum puas para bapak dan beberapa orang yang penasaran ingin mencicipi dagingnya.
Malamnya, saat sedang mengerjakan tugas kantor, saya dengar ada bunyi gelebak-gelebak di dinding sebelah. Sempat saya menempelkan telinga di sana, namun kata ibu saya itu bunyi tikus yang geradak geruduk di lemari kosong yang ditempatkan persis di teras rumah tetangga saya (rumah dia dan rumah saya saat itu hanya dipisahkan oleh satu dinding saja). Tanpa perasaan curiga, saya tak memikirkannya lagi. Hingga saat keesokan harinya duduk-duduk di depan rumah. ‘Mak, kok ada gerudak geruduk di situ toh,’ kata saya sambil menunjuk lemari kosong di depan rumahnya. ‘Ada tikusnya mungkin ya. Sodok pake sapu gih biar pergi,’ kata saya. Spontan tetangga saya mengambil sapu dan menyodok bagian bawah lemari. Namun sedetik kemudian ia berteriak karena terkejut (saya ikut terjungkal karena kaget). Ada seonggok benda yang kalo disentuh pakai ujung sapu terasa jendut-jendut seperti daging empuk. Saat lemari digeser oleh suaminya, betapa terkejutnya mereka, SEEKOR NYAMBIK BESAR SEDANG TERPEKUR MERENUNGI NASIBNYA DI SANA!!
Whoaaah, sekali lagi saya lari lintang pukang dibuatnya. Setelah mulai bisa menguasai diri, saya keluar rumah dan melihat ukuran nyambik itu sudah dua kali lebih besar dari bentuknya semula. Mulai moncong hingga ekornya kira-kira hampir satu meter panjangnya. Seketika kampung jadi kembali gaduh karenanya. Yang lompat kegirangan malah tetangga saya, malam itu dia bisa pesta makan penyetan nyambik untuk ke-dua kalinya (astaga).
Hingga kejadian itu, tak pernah lagi di kampung kami ada yang mengusulkan untuk makan nyambik lagi. Bisa jadi perkara besar nanti. Takut kalo nyambiknya lepas lagi. Iya kalo itu nyambik bisa pergi dan menemukan jalan keluar dari kampung saya, lha kalo tiba-tiba muncul di dapur atau kamar mandi seorang warga.. haduh, satu kata, ber-ba-ha-ya.