Belum lagi reda keterkejutan atas meninggalnya putri tercinta rekan kami dua minggu lalu akibat kecelakaan lalulintas, kemarin, sekali lagi terjadi tabrakan yang menyebabkan sesosok nyawa melayang. Dua-duanya sama-sama laka yang diakibatkan oleh tabrakan antara sebuah mobil dan motor. Kisah yang patut menjadi pelajaran.
Mengenai kendaraan yang tiba-tiba nyelonong keluar dari gang memang sangat merepotkan. Saya pribadi yang juga sering mengalami kejadian yang sama selalu terkaget-kaget karena tiba-tiba harus mengurangi laju kendaraan. Gerakan mengerem dan membanting setir beberapa kali bahkan membuat motor saya oleng. Betapa sekarang menyetir tak hanya membutuhkan kesigapan, namun juga kemampuan seperti paranormal yang bisa membaca gerak-gerik pengendara di depan. Absurd, namun demikian adanya agar tetap selamat saat berkendara di jalanan.
Kasus menabrak dari belakang pun kadang bisa jadi rentetan kisah yang luar biasa peliknya. Apalagi di masyarakat seperti sudah jadi hukumnya jika penabrak dari belakang adalah pihak yang salah. Benarkah? Mohon maaf jika saya katakan, tidak selalu. Selambat apapun kendaraan melaju, jika sebuah kendaraan lain tiba-tiba muncul dari ujung gang dan mengambil posisi jalan di tengah, siapapun akan terkejut menginjak rem dan membanting sedikit posisi kemudinya. Ya kalau pengemudi lainnya sigap, jika tidak? Bisa ditebak bagaimana akhirnya. Jika saat kejadian kendaraan yang lambat jalannya dari belakang dan membanting setirnya saja bisa menimbulkan bahaya, apalagi yang menyetir dengan kekuatan secepat cahaya. Yang ada malah jadi bencana.
Ada baiknya bagi kita sesama pengendara agar lebih waspada saat berkendara di jalan raya. Berikut beberapa etika paling sederhana yang harusnya tetap ditaati oleh kita semua agar keselamatan anda, saya, atau siapapun diantara kita tetap terjaga :
1. Taati peraturan mengendara. Hanya mereka yang mengantongi surat ijin berkendara (SIM) yang boleh mengemudikan apapun kendaraan sesuai ijinnya.
2. Tidak nyelonong saat keluar-masuk gang. Sedarurat apapun urusan anda, tetap waspada agar tak membuat diri sendiri celaka, apalagi orang lain.
3. Kurangi kecepatan saat berada di tikungan, pertigaan, perempatan, atau mendekati putaran u-turn. Jangan karena kebiasaan bablas membuat seluruh jalanan di negeri ini harus dipenuhi dengan ribuan polisi tidur.
4. Pahami bahwa kebanyakan di negeri kita lajur kiri adalah jalur lambat. Jadi jangan berkendara sambil bermesra-mesra atau sight seeing pemandangan kota di sebelah kanan jalan atau bahkan di tengah. Anda potensial menyebabkan emosi dan tekanan darah pengendara yang di belakang jadi naik setinggi-tingginya. Kalau mau santai, minggir dulu.
5. Pahami bahwa teknik berkendara anda dengan sejuta umat lain pengendara di jalan raya adalah tidak sama. Bisa jadi anda begitu cekatan memotong atau menyalip kendaraan orang, namun lainnya? Pertimbangkan mereka yang tidak memiliki kemampuan menyetir sehebat anda. Ingat, di atas langit masih ada langit.
6. Jangan menelpon atau melakukan hal yang konyol seperti mengetik atau membaca SMS saat menyetir. Ketahuilah, anda berpotensi menyebabkan orang lain celaka.
7. Ini jargon yang saya ketahui sejak usia TK (Taman Kanak-Kanak), ‘Patuhi peraturan lalu lintas.’ Ini bukan sekedar pepesan kosong atau jargon yang tak berguna. Seandainya banyak diantara kita yang patuh pada aturan lalu lintas, penurunan jumlah laka di jalan raya adalah sebuah niscaya.
8. Belajarlah menjadi pengendara yang tidak egois. Siapapun orang pasti memiliki kepentingan, namun tak bijak rasanya jika menempatkan kepentingan anda di tempat paling depan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain juga. Bagaimana rasanya jika hanya anda yang selamat sedangkan yang lain celaka? Mikir!
Salam tertib berlalulintas.
Salam Kompasiana.