Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Teruntuk Asih

17 Oktober 2012   13:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:44 156 0
Asih...

entah bagaimana saat itu mulutku terbungkam,

ketika melihatmu menatapku seakan penuh tanya,

apa yang ingin ku katakan dulu, tak bisa aku ungkapkan.

Aku hanya coba menyembunyikan,

dan kau tahu aku seperti itu.

Asih...

Sedari dulu aku hidup penuh dengan liku,

manusia yang tak tahu arah,

bagaimana harus melangkah,

teman yang silih berganti menemani diri ini.

Kukira semenjak aku bertemu dan mengenalmu,

kita satu tujuan, satu rasa,

entah bagaimana bisa kita bisa menyatu.

Di tiap perjalanan jarang ku hampiri sorot matamu,

hanya sebatas obrolan pesan kita bisa menyatu.

Dan aku putuskan mencoba memberikan hatiku untukmu.

Meski pertemuan singkat itu sangat menyenangkan.

Kau begitu menawan dengan kejujuranmu,

kesederhaanmu, kecerdasanmu, dan pribadimu.

Sampai itu ku sebut kau sayang.

Asih....

bagaimana bisa kau membiarkan aku dalam kesendirian?

ketika aku merasakan kegelisahanmu,

ketika aku ingin mencoba untuk membagi bebanmu,

mungkin akan terasa ringan.

tapi kau memilih dengan menyepimu.

Aku tak menyangka pula, kesalahanku sudah kau tanamkan dalam benakmu,

kecewa, aku tahu itu pasti!!

aku ingin selalu mencoba memperbaiki kesalahanku,

namun kau selalu mengabaikanku.

Aku ingin marah dengan sikapmu,

jikalau kelak aku bertemu denganmu,

akan ku ungkapkan semuanya.

Tak kusangka pertemuan malam itu,

engkau benar-benar menemuiku,

setelah kau bilang rela melepaskanku.

Dan kau inginkan aku untuk memberimu kesempatan,

kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita.

Kita?? Siapa??

Bukankah sudah kau talak aku 3 kali dalam hubungan ini??

mengapa sekarang kau seperti ini, Asih???

aku tak akan bisa mencintaimu lagi, Asih...!!!

aku sudah mulai belajar mencintai orang lain.

carilah manusia yang lebih baik dari aku.

cukup aku saja yang merasakan,

sakitnya hati dan pikiran ini,'

tubuhku yang kadang tak seimbang merasakan perputaran bumi,

selama perjalanan kau mendiamkan aku, Asih...

Jujur aku marah,

marah dengan sikapmu,

yang selalu tak pernah menganggapku ada.

Kau bilang malam itu, kau tak ingin kehilanganku,

karena itu kau mendiamkanku.

kau bilang belajar, tentang cinta, iba dan kesakitan.

tapi siapa yang paling sakit, Asiiihh??

Aku...ya Aku... Asih....

Kebimbanganmu...aku sangat membenci itu..Mungkin aku memang tiada lebihnya dari orang itu,

mengapa tak kau bicarakan itu denganku??

aku mungkin bisa marah, tapi aku tak akan bisa marah berlama-lama,

hingga aku harus menerka-nerka sendiri rasamu terhadapku.

Perasaanku terlalu kuat untukmu saat menyepimu,

masih saja kau abaikan aku....

Sekarang sudah terlambat untukmu tetap bersamaku, Asih..

aku sudah tak ingin mengenal cintamu lagi,

meski itu menjadi kenangan,

sudah ku tempatkan didalam kotak sisi yang tertutup rapat,

kubungkus rapih.

Kau bilang aku jahat, katika aku mengatakan,

tiada lagi rasaku untukmu...

Anggap saja iya, Asih, Aku jahat!!!

Aku memang seperti ini, sejak pertama kali aku bicara,

entah apa yang kau ingat tentangku...??

Aku salalu berharap kau mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku,

jangan..jangan...kau perlakukan dia seperti kau perlakukan aku.

Karena rasa akan cinta itu bukanlah ketidak-pastian.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun