"Maksudmu ?"
"Sebentar, ini...." Janet mengambil sebuah buku besar yang ia letakkan di dekat bantalnya.
"Apa itu Janet ?"
"Aku menuliskan semuanya disini seperti saran dari ibu Helena dan bukankah aku sudah sering melihatmu melakukan ini ? Saat kita masih di kota dulu kau sering menuliskan apapun...."
"Lalu bagaimana perasaanmu sekarang ?" Tanyaku.
"Aku hanya merasa telah merepotkan banyak pihak."
"Kau jangan berkata begitu, Janet."
"Umm, sepertinya seperti itu.Oh ya,Marie..Apakah kau mau membaca buku ini ?"
"Tentu."
"Marie..?" Jacob menyela ucapanku.
"Kau juga tertarik untuk membacanya, Jacob ?"
"Bukan begitu. Kamu harus berkonsentrasi terlebih dulu pada olimpiade sekolah, baru setelah itu kau bisa membaca buku itu..OK?" Jacob benar-benar membuatku tidak mengerti. Olimpiade?Konsentrasi? Ia terlalu mengada-ada. Saya sudah sering terlibat dalam kegiatan olimpiade sekolah.
"OK, Marie...?" Tanya Jacob lagi namun aku lebih merasa sebagai sebuah maksud untuk aku membenarkan ucapannya.
"Ya."
Ruangan hening. Masing-masing kami seakan dapat mendengar nafas kami sendiri-sendiri. Jacob lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Janet sementara Janet masih duduk termenung dengan buku besar itu di pangkuannya.
"Janet, sebenarnya..."
"Aku tahu, Marie. Sekarang sudah berbeda."
"Aku masih sahabatmu, Janet."
."Tentu. Aku tidak meragukan hal itu. Hanya saja keadaan telah berubah.Benar apa yang dikatakan oleh Jacob bahwa kau harus berkonsentrasi untuk olimpiade sekolah. Seandainya aku telah sehat, aku pasti akan ke lapangan desa Wacola ini."
"Kau masih harus di sini, Janet...Sampai sembuh."
"Terima kasih, Marie.Ngomong-ngomong sekarang sudah malam.Lebih baik kalian pulang...."
"Kau mengusirku, Janet ?"
"He he he...tidak.Tapi menurutku lebih baik begitu...dan seperti kata Jacob bahwa kau harus berkonsentrasi...."
"Ah, Jacob terlalu mengada-ada. Aku sudah sering terlibat dalam kegiatan seperti itu..." Dalam hati aku melanjutkan kalimatku,"...dan bukankah aku dan Jacob kesini bukan hanya untuk itu melainkan untuk membantu menyelamatkan ayah Janet di hutan sana?"
"Itu tandanya ia sangat memperhatikanmu, Marie..." Kata Janet mengagetkanku.
"Ia ingin yang terbaik buatmu." Lanjut Janet.
"Buatku atau buat dia..?ha ha"
Hmm ! Aku dengar suara dehem Jacob.
"Ha ha ! Buat kalian berdua. Sudah sana !"
"Baik-baik kau di sini, Janet. Cepat sembuh."
"Terima kasih, Marie..." Janet memeluk tubuhku dengan erat. Ah, jari-jarinya sekarang begitu tipis membungkus tulang. Lengan bajuku terasa hangat oleh air mata Janet namun Janet buru-buru melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang masih mengalir ke pipinya.
"Sudah sana, Marie...!"
"Kau menangis, bagaimana aku bisa tega meninggalkanmu..?"
"Jangan hiraukan aku ! Pergilah !"
*********************
"Jacob mengapa kau melarangku membaca tulisan-tulisan Janet ?" Sejak berpamitan dari rumah Ibu Helena Jacob belum mengucapkan sepatah kata pun.
"Apakah kau membacanya lalu akan menyerahkan padaku agar aku memasukkannya dalam bukuku ?"
"Aha ! Tepat ! kau tahu maksudku, Jacob!"
"...Dan kau akan mengatakan bahwa sumber ini akurat karena ditulis oleh seorang gadis Wacola. Benar begitu ?"
"Lagi-lagi kau benar, Jacob !"
" Sebelum itu terjadi. Aku bilang tidak.T I D A K."
"Bukankah kau memiliki hubungan darah dengan desa Wacola ini ?"
"Baru dugaan. Belum tentu benar. Sejarah itu ada di buku. Kau dengar ?"
"Kalau semua itu benar ?"
"Ummm...Marie..."
"Ya ?"
"Jangan membuat aku takut, dong..."
"Apa yang membuatmu takut ?"
"Cerita sejarah itu...."
"Kau aneh, Jacob."
"Biarlah kalau kau yang mengatakan itu.Asal orang lain tidak."
"Hm,Jacob...Jacob..."
********************
(Bersambung)