" Saya tidak suka dengan para tenaga kerja Indonesia yang disana." Kata dia, sebut saja namanya Noordiana.
" Mengapa ?" Tanya saya.
" Ngga 'gimana-gimana, sih...Cuma mereka kadang norak aja, komunal, dan tidak terlalu suka dengan teman-temanku yang dari Philipina ".
"Memang lebih asik dengan anak-anak dari Philipina ?" Tanya saya ingin tahu, Ia mengangguk dan blah blah blah...mengalirlah cerita dari mulutnya.
" Saya punya teman dekat dari Philipina sana dan saya juga banyak diperkenalkan dengan teman-teman dia. Mereka sangat profesional meski bekerja sebagai baby sitter dan mereka telah dipersiapkan selama 2 tahun di Philippine sana sebelum diberangkatkan ke luar negeri. Aku melihat foto wisuda dia juga. Ummm, teman-teman saya lebih suka memanggil saya Diana, mungkin agar mereka merasa lebih akrab saja. Maklum nama itu mungkin lebih memiliki ikatan emosional dengan mereka. Agama teman-teman Philipina saya semua memang Katholik. Mereka tergolong sangat taat untuk urusan agama. Beberapa kali saya juga ikut bersama mereka ke gereja. Saya diluar saja, cuma main sedang mereka khusyu' berdoa di dalam. Untuk masalah kesetiaan dengan pasangan, ummm...memang ada beberapa teman Philipina yang agak nakal tapi tidak senakal yang dari negara kita, Indonesia. Lumayan banyak juga tenaga kerja dari Indonesia yang pada saat libur menjadi penjaja seks, ke orang Indonesia juga he he hee....Kalau teman akrab saya dari Philipina itu dia sudah punya cowok di negaranya, anak kuliahan. Sebelum berangkat bekerja ke luar negeri ia di beri kenang-kenangan lagu From a distance. Lagu itu pula yang sering ia dengarkan dan ia nyanyikan. Katanya ia ingin mencoba untuk tidak setia, tapi ia tidak tahu, mengapa ia tidak bisa melakukannya ? ha ha ! Nah, teman dari temanku itu bernama Evelyn. Evelyn pernah bekerja di Uni Emirat..."
" Uni Emirat ?" Tanya saya bingung. Anak Philipina harus pakai cadar ?
" Ya, demi kerja ia disana menjadi Islam dan beribadah seperti kita...Sholat, puasa satu bulan penuh saat Ramadhan, dan memakai pakaian hitam-hitam plus cadar".
" Dia tahan seperti itu ?" Saya makin penasaran.
" Justru katanya asik koq, seperti itu...Kaya' hidup di film katanya he he hee..." Saya manggut-manggut mendengar jawaban kerabat saya itu.
" Ummm, kemampuan bahasa teman-teman Philipina bagaimana ?"
" Mereka OK banget dan yang penting mereka mau belajar. Malaysia memang banyak menggunakan Bahasa Inggris tapi beda dengan Bahasa Inggris di Philipina sana. Kalau pas kumpul bareng sesama anak-anak Philippine mereka sering meledek dan membicarakan Bahasa Inggris-nya Malaysia yang British sekali; television..." o" disitu jelas sekali. Juga untuk kata "stop" yang sebenarnya biasa mereka ucapkan "stap", jadi stop mereka ucapkan dengan sambil sedikit monyong bibir mereka ha ha haa..."
" Terus Evelyn, waktu di Uni Emirat...Bagaimana bahasanya ?"
" Ia memang memakai bahasa Inggris tapi Ia juga sambil balajar bahasa Arab dari percakapan sehari-hari dengan keluarga bosnya disana, mau tanya juga kalau tidak mengerti".
" Yang ditanya mau? Ngga' marah ?"
" Attitude teman-teman Philipina selalu saya acungi jempol. Mereka terbiasa berbudaya Excuse me,I'm sorry, dan Thank you. Mereka juga mau mengerti bahwa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung". Jelas kerabat saya itu mengakhiri perbincangan kami.
"ooooo, jadi begitu tho..." Saya jadi agak paham bagaimana sebenarnya tenaga kerja kita di luar negeri sana dan apa bedanya dengan para tenaga kerja dari negara tetangga kita, Philipina.