Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Wayang Yang Milik Bersama

16 Mei 2010   22:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:10 281 0

Tidak sengaja waktu saya mencari buku kumpulan cerita anak, saya menemukan kembali tumpukan Australian Stamp Bulletin yang dulu rutin saya terima dengan cuma-cuma. Produk dari Pos Australia memang terbilang lengkap, untuk satu seri produk pos minimal dicetak ke dalam bentuk perangko dan sampul hari pertama (first day cover). Yang lebih lengkap di cetak juga bentuk prepaid an pre-stamped envelops, maximum cards, binders and album sheets, dan aksesoris. Bahkan untuk seri Bunyips dicetak pula Children’s Activity Book – Spot the Bunyip yangjuga berisi 4 kartu pos Bunyip dan Children’s Story Book – The Bunyip of Berkeley’s Creek yang juga berisi stamp pack. Seri Women of Ozjuga memiliki Stamp Heritage Book. Sangat lengkap dan kita menjadi tahu apa dibalik gambar-gambar perangko yang di cetak.

Produk yang menggelitik saya adalah perangko dan sampul hari pertama tentang wayang. Disitu tertulis “ The stamps show shadow puppets, part of heritage of the Cocos (Keeling) Islanders. Stamps of Cocos (Keeling) Islands are valid for postage in Australia and on the Islands which are an Australian Territory”.

Wayang di Kepulauan Cocos dibawa oleh para pekerja dari Jawa pada abad ke-19. Wayang itu mereka buat dari kulit hiu kering dan dalang terakhir mereka Nek Itjang meninggal pada tahun 1949.

Empat perangko seri wayang itu adalah Prabu Abjasa ( Abiyasa), Prabu Pandu, Judistira ( Yudistira), dan Abimanju (Abimanyu). Technical Details-nya adalah sebagai berikut :

Issue date : 16 june 1994

Denominations : 45c, 90c, $1.00, $1.35

Designer : Josephine Mure, Australia Post Graphic Design Studio

Photographer : John Hunt

Printer : McPherson’s Printing Group

Process : Photolithography

Paper : CPL

Perforations : 14.6 x 13.86

Stamp size : 26 mm x 37.5 mm

Issued sheet content : 100 stamps (2 panes of 50)

National postmark : Cocos (Keeling) Islands, Australia 6799

Nah, benar kan pendapat saya bahwa wayang adalah milik bersama, tidak hanya milik India atau Indonesia. Pertanyaan saya, sudahkah kita merasa memilikinya dengan cara nguri-nguri (preserve) budaya ini ?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun