Saya kadang merasa sedih dengan tayangan-tayangan televisi yang terkesan mengeksploitasi kesedihan. Selain sedih dengan keadaan-keadaan obyek yang sedang di jadikan obyek tayangan, saya juga sangat sedih dengan kenyataan atas tayangan itu, benarkan para penggiat dan pengagas tayangan itu murni membantu atau hanya ingin memanfaatkan keadaan ornag miskin?
Kemiskinan seseorang dijual sedemikan rupa kemudian meraup keuntungan ratusan juta tanpa sedikitpun merubah keadaan obyek yang dijual, mereka tetap miskin, mereka tetap sengsara.
Akan tetapi, secara umum acara seperti itu saya akui masih memiliki sisi baiknya. Paling tidak, saya sempat dapati temen-temen saya (terutama yang perempuan) tersentuh hatinya dan kemudian meneteskan air matanya saat melihat tayangan-tayangan melankolis kemiskinan. Meskipun sebenarnya harapan semua pihak, efek dari tayangan ini tidak hanya sampai pada tetesan air mata tetapi pada tindakan nyata terhadap orang miskin disekitarnya.
Kita kadang terjebak pada kesedihan semata, mandeg sampai air mata dan macet hanya sampai retorika kata. Air mata mengalir deras melihat kemisikanan yang tayang di televisi, namun belum tentu penggagas acara itu dan juga yang menonton akan tergerak untuk mengeluarkan uang dari kantongnya demi menyelamatka satu saja kemiskinan. Pembawa acara boleh mengucapkan kata-kata dengan diselingi isak tangis, namun bisa jadi dia akan menangis juga saat dompetnya harus terkuras demi sesama.
Tidak ada yang menjamin bahwa apa yang kita lihat dan apa yang kita bicarakan itu sesuai dengan realita yang ada. Anda juga jangan sekali-sekali menganggap saya orang baik yang peduli kemanusiaan, bisa jadi saya saat ini hanya ngomong besar tetang kemisikinan dan kemanusiaan, namun belum pernah sekalipun melakukan hal-hal yang berarti untuk sesuatu hal yang saya koar-koarkan itu.
--------
Presiden saat melakukan kunjungan kerja ke Jawa Barat sekitar awal Agustus pernah berpidato tentang kesederhanaan pejabat. “Saya ingatkan kepada gurbenur di seluruh Indonesia kalau membangun rumah-rumah pejabat, mobil-mobil, janganlah berlebihan” kata beliau saat meninjau Sekolah Unggulan Cinta Kasih 1 dan 3 di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Menurut Kepala Negara, dengan tidak berlebihan dalam penggunaan anggaran tersebut maka akan dapat dihemat triliunan rupiah untuk kepentingan rakyat.
Kata-kata itu bisa diterjemahkan bahwa presiden berkonsentrasi penuh atas kepentingan rakyat, konsen utamanya tetang kesejahteraan rakyatnya. Kata-kata itu adalah “sabda” yang hukumnya wajib untuk di jalankan oleh “anak buahnya”.