Selain nutrisi dan oksigen otak kita juga membutuhkan air murni (air putih) setiap hari untuk pembelajaran yang optimal. Otak terdiri atas 80% air dan sangat sensitif terhadap perubahan tingkat pH. Selain air dan oksigen, Judith Wurtman, Ph.D. (1986) dalam Eric Jensen (2007) mengatakan bahwa asam amino dapat mempengaruhi tahap pembelajaran, baik secara positif maupun negatif. Kandungannya di dalam protein sangat penting bagi otak. Sudah saatnya kita labih menjaga asupan gizi yang diberikan kepada anak-anak agar otak mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga akan meningkatkan kemampuan belajarnya.
Kita sering beranggapan bahwa otak sangat berpengaruh terhadap bakat selain faktor pembawaan, IQ yang tinggi pasti anak tersebut berbakat. Keberbakatan memang sebuah pembawaan namun tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh IQ, hanya sedikit dari mereka yang mampu memberdayakan bakat tersebut secara optimal. Hal tersebut dikarenakan otak mereka kurang siap untuk dikembangkan dan diaktualisasi guna mencapai tingkat perkembangan potensi tetinggi sehingga hanya mampu memakai 5 % dari kemampuan yang mereka miliki. Belajar pasti membutuhkan otak untuk berpikir. Pemahaman orang mengenai anak berbakat cenderung hanya menjurus pada sesosok atlet. Jika istilah anak berbakat digunakan dalam konteks akademik, tak satu pun yang memunculkan perasaan dipopulerkan karena anak berbakat secara akademik malah mendapat labeling negative seperti kutu buku, orang aneh, si jenius, si ajaib, atau lebih buruk lagi. Hal-hal tersebut mengakibatkan anak berbakat takut menunjukan bakat mereka dan cenderung menganggapnya sebagai beban yang menyengsarakan. Sehingga, anak berbakat justru akan mengalami kesenjangan antara potensi dan prestasi. Maka dari itu guru harus mulai mampu mengenali dan memperhatikan anak-anak berbakat.
Meliahat keunikan setiap individu yang berbeda-beda seorang guru harus mampu memahami gaya belajar setiap anak didiknya dan menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar mereka. Saat ini sekolah- sekolah yang ada semakin aktif dalam menciptakan berbagai macam lingkungan yang diperkaya yang sesuai bagi otak siswa. Pembelajaran langsung dalam dunia nyata saat ini terlihat member inspirasi seperti termasuk kunjungan lapangan, kunjungan atu studi di luar negeri, studi pustaka, ligkungan di sekitar rumah, taman, latihan langsung, konvensi, reli, pertemuan khusus, atau berlibur, semua ini bervariasi dan dapat memperkaya yang terjadi secara alamiah dalam kehidupan.
Sumber : Eric Jensen, 2008, Brain-Based Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.