Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Putu dan Putu

27 Desember 2009   07:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:45 180 0
Lihat Senyuman Mereka Fuuuuuuuuuuuu… Bunyi nyaring uap panas yang terlepas dari kaleng bekas biskuit memaksaku menoleh ke arah pintu depan. Penjual kue putu sedang beraksi tepat di depan halaman rumahku. Yang membuat kesempatan itu menjadi spesial adalah kehadiran lima anak balita yang mengerumuni tukang kue putu. Bukannya tanpa alasan mereka tampak sangat senang berkumpul di sekitar tukang kue putu. Mereka berkerumun tak lain tak bukan adalah karena dikumpulkan oleh Bapak. Senyum lebar mereka terpancar disertai dengan pertunjukan gigi-gigi mereka yang sebagian digerogoti oleh permen berpewarna dan berbahan pengawet, “gigis”. Kesenangan anak-anak tadi berlipat-lipat. Bukan hanya saja asyik melihat Tukang Putu menunjukkan kebolehannya mengolah tepung dalam tabung bambu yang tengahnya disusupi sekerat gula jawa, mereka juga masing-masing dijanjikan mendapat jatah satu atau dua kue putu yang dicukongi oleh Bapak. Bahkan seorang anak yang semula menolak tak kuasa menampik pesona kue putu gratisan. Setelah kue putu panas tersaji lengkap dengan taburan parutan kelapa tua yang gurih, sebuah pembagian yang adil dilakukan di antara mereka. Pasukan cilik tersebut langsung membubarkan diri dengan membahanakan “Terima kasih, Eyang!” sekenanya tanpa komando.

Bapak dan Putu

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun