Ada yang dinyatakan berhasil setelah "berdarah-darah" namun ada sebagian yang hanya kekuatan uang atau pun modal cantika atau pun ganteng bisa menghantarnya ke ruang dimaksud.
Itulah realitas politik yang menganut sistem demokrasi dengan trias-politikanya. Diharapkan ada check and balance agar bonum commune = kesejahteraan umum yang diperjuangkan bersama bisa lebih cepat dicapai.
Ada segumpalan atau pun sebongkah gunung aspirasi dan harapan kita sebagai rakyat terhadap para wakil kita yang terpilih baik di kabupaten/kota, provinsi dan terutama di Senayan Jakarta. Kita berharap mereka benar-benar menjadi penyambung lidah rakyat (Ir. Soekarno) bukan hanya penyambung lidah sendiri atau pun golongan tertentu. Lebih was-was lagi bukan hanya penyambung lidah tetapi yang lain heheheĀ pembaca isi sendiri.
Pekan-pekan ini sampai ke depan nanti, perhelatan pelantikan anggota dewan terhormat dilakukan. Tentu, sebagai acara pesta lainnya, pelantikan dibuat sebagian orang untuk merayakan syukuran. Namun yang kita sayangkan, perayaan itu kadang berlebihan dari tugas dan tanggungjawab yang akan diembannya.
Bukan semua tentunya. Sebagian dari antara mereka memamerkan secara berkelebihan tanpa merenung, merefleksi apa yang akan diperbuatnya bagi rakyat dan negara ini. Untuk itu, mungkin baik, para anggota dewan yang akan dilantik atau yang sudah dilantik harus kembali kepada fitrah yang sesungguhnya.
Anda kalian sebagai penyambung aspirasi 240 juta rakyat Indonesia agar menciptakan iklim usaha yang konsusif, menyediakan infra-strukur dan lain sebagainya tentu diperjuangkan kepada eksekutif lalu dikontrol secara profesional oleh yudikatif.
Menjadi atau terpilih menjadi anggota dewan adalah sebuah panggilan yang memiliki tanggungjawab moral dan tanggungjawab hukum untuk membuat rakyat ini lebih sejahtera dan negara ini lebih bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam suasana hubungan bilateral yang saling menguntungkan.
Anggota dewan yang terhormat. Kamulah kami dan kita. Untuk itu, perjuangkan "kekitaan" dalam semua aspek kehidupan. Jangan pernah mengingat "kekitaan' hanya saat pileg saja. Untung dan malang tetaplah "kita".
Proficiat dan selamat berkarya!
Malang, 28 Agustus 2014