Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Puisi-puisi Lavira Az-Zahra

5 April 2014   20:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02 221 0
Merindumu

Kurasa langit pun takkan sanggup mengilhami rasa rinduku. Birunya pun hampir luruh ditelan mendung, merintik berusaha mendamaikan hati yang kini merindu hadirnya, Pangeran Hujan. Seperti janjimu, kutahu ucapmu mendapat ridho dari-Nya. Di sini aku menunggu. Senja dan dermaga kasihku, tegakkan setia, mengurai rindu di setiap jangkah kaki melangkah. "Sabar, aku di sini. Aku pasti datang." ucapmu mendamaikan hatiku. "Aku di sini. Aku pasti menunggumu dengan setia." balasku, marun tentu saja merona di sini, di hatiku.

____________________________

Cinta dan Kerinduan

Kasih
jika embun adalah engkau
Mengapa kau begitu cepat menguap?
Kasih
jika engkau adalah air
Mengapa engkau tak meredam amarah yang ada?
Cinta
jika engkau adalah udara
Mengapa engkau tak mengizinkanku bernafas lega?
Ketika semua itu terbesit sayang
Gelisahku datang kian membayang
Di balik semumu yang berjarak
Kau ada dalam memoriku yang terdalam
Tahukah engkau ikhwan tercinta
Bila engkau ada di sini
Mungkin akan kujadikan engkau Raja
Ya, raja yang menguasai hati
Yang selalu kucintai


____________________________
Sendu dalam Rindu

Rinduku hampir kandas
Saat kudapati misbah setiamu mulai meranggas
Ketika hatimu tergoda cedayam lalu
Perihal orang ketiga
Cinta kau benamkan aku dalam lara
Metonomia klise duka
Yang hempaskan aku dalam luka
Ketika engkau mengungkap setia
Tak sedikit pun ragu melanda
Namun kini
Tak dapat engkau mempertahankan kata itu
Engkau tergoda
Kias makna suka fatamorgana
Kau
Kandaku tercinta
Apakah engkau merasa jua?
Rinduku mulai kandas dalam luka
Terhempas ombak
Karam di lautan penantianku
Kesunyian hati yang mulai meragu

_____________________________
Asmaradana

Puput sunyi mengerling gelapnya malam
Setangkup rindu yang hampir memudar
Engkau sejukkan lagi dengan rayu
Tersadarku akan egomu yang hendak sayu
Mengerjap mata dalam sekejap rasa
Engkau pun meninggalkanku
Dalam dekapan asmaraloka yang semu
Sandiwaramu
Semua pengkhianatan cinta tulus ini
Dan semua kebaikanmu
Palsu
Berlalu bersama waktu
Terbesit dendam amarah
Namun kukubur dalam logikaku
Tahukah kau insan yang kucinta?
Cintaku kini hilang dalam yojana
Meretas kandas dan meranggas

____________________________
Rindu yang Beradu Satu

Duhai ikhwan yang kuharap
Dalam mimpi malamku
Aku memanggil dalam senyap
Kerinduanku
Di dalam raga
Terbesit asa tentang cinta kita
Berbatas yojana dan waktu
Menghampar samudera kesetiaanmu
Jangan... jangan sampai engkau meragu
Insan di sini lekas ingin menemuimu
Namun yang kurindu
Mengapa engkau bisu?
Tak dapat lagi kudengar bisik cintamu
Bahkan rindumu kini tak tertuju padaku
Haruskah semua berakhir sayang?
Di tengah ombak yang menenggelamkanku
Dalam laut pasang rinduku
Duhai ikhwan yang kurindu
Kumemanggilmu dalam rindu
Ingin kucipta rasamu seperti rasaku
Dan akan beradu satu

_______________________________
Cinta dalam Sunyi

Daun pun berguguran
Ketika tangisku memecah keheningan
Merajamkan rasa
Mengabdikan jiwanya untuk satu cinta
Dia...
Dia yang kucinta
Dia...
Dia yang kudamba
Ketika daun cinta menuliskan
Namanya di hatiku
Ku tak dapat menolak takdir
Dalam senarai senja
Engkau melengkapi rasaku yang hampir tiada kurasa
Wahai Kanda nan jauh di seberang
Kita adalah isyarat yang menyatu dalam kehendak-Nya
Yang menginginkan kita mencinta
Menyatukan rasa dalam hening kesunyian malam-malam penuh canda
Engkau Kandaku...
Engkau separuh jiwaku

________________________________
Engkau Satu

Lingkaran cinta mempertemukan
Dua insan dalam yojana berbatas
Ketika dua hati itu hendak bersatu
Datanglah goda dan badai menerpa
Kekasihku...
Cepatlah kau bawa aku pergi
Pergi dari kota ini
Kemana pun engkau mau
Kemana pun engkau tuju
Ikuti kata hatimu
Bawalah aku bersamamu
Kemana asal denganmu
Dimana asal bersamamu
Rebut aku dari maharaja
Bawa aku ke istana cinta kita
Aku ratu engkau raja
Aku pelayanmu yang setia dan engkau Kaptennya
Cinta bawalah aku
Menuju surga cinta kita
Menuju pelaminan cinta
Menuju bahtera cinta
Surga kecil kita
Engkau satu selamanya

_____________________________
Malam Merindu

Bersamamu satu impiku
Dalam kasih malam minggu
Bersamamu satu harapku
Dalam asmara cinta syahdu
Bilakah kita segera bertemu
Kan kusayangi kau hingga ajal menjemputku
Bilakah kita segera bertemu
Aku pun rela mati dalam pelukmu
Dekap aku dalam rengkuhmu
Kasih setia malam itu
Saat kau merindukanku
Dekaplah aku walau hanya bayang semu
Saat kau merindukanku
Sapalah aku dalam bisik cinta yang syadu
Saat kau merindukanku
Bawalah aku kemana pun engkau mau
Saat malam syahdu
Malam-malam merindu dan menyatu

___________________________
Merindu lagi...

Ini bukan puisi dua koma tujuh. Bukan puisi merayu. Namun ini curahan jiwa Shinta yang merindu hadirnya Rama, nyata di hadapannya. Kuharap rintik menyampaikan rindu dan sayangku untukmu. Kini rerintik menghiasi mataku, jauh tempatmu di kampus cahaya. Cepatlah datang... :'(
Hanya saujana yang beradu pandang dengan bayangmu. Siluetmu yang kujadikan teman setia di hati dan netra awangku. Bercakap denganmu lewat suara hati.

Ruang Rindu - Rintik menyisa sembab di mataku, 03 April 2014. Merindumu.

________________________________

February

Dear February,
Aromamu menggugah relung, yang rindu akan rona-rona merah jambu. Menjadikan kelabu menjadi biru, dan senja itu turut sewarna lazuardi yang mengilhami rasaku.
February,
Biasmu jernihkan pikiranku, lepaskan sesak yang bersarang di gulita hatiku. Membasuh perih atas cerita lalu...

‪_________________________________

Tentang Rasaku

Kutatap maya di depanku, sekilas cemburu menelisik jauh ke dasar hati. Di sudut yang tak mungkin dapat kau temukan seberapa dalam rasa yang kumiliki. Benar, tak dapat sekalipun kau cerna kata-kata yang kutulis di lembar-lembar kerinduan atau pun pesan singkat yang kau baca hingga kini. Apa kau tahu rasanya?
Terlalu samar semua yang kau ungkapkan terhadap angin lalu yang kuhirup hingga menyisa sesak di sini. Enigma rasa, haruskah aku gambarkan cemburu ini dalam buliran kristal yang mengalir di pipiku? Kucoba mencerna rasamu, aku mencoba menerka hatimu. Namun, aku selalu gagal untuk itu.
Sempurna. Aku mencoba mengeja huruf per huruf kata tersebut. Aku tak dapat seperti dia atau siapapun yang masih ada di dasar hatimu sana. Adakah satu masa, dimana aku bertemu denganmu nanti? Adakah satu tempat yang kuimpikan dulu, dan kamu memenuhinya? Adakah satu tempatku di hatimu?
----Tentang rasa yang tak pernah dapat kau mengerti, bahkan kumengerti.


____________________________

Buraian Rindu
Debu rerasa membawa angan
Lekap bersama impian
Metafora kekata pun pujian
Hendak kusandingkan

Beribu kata itu bungkam
Menerjemah elegi waktu yang kelam
Prasasti masa silam
Burai kasih di sepertiga malam


Bilur sunyi mengadu
Embun hati terpaku
Aurora memburu waktu berbatas rindu
; cemburu

Serpihan harap
Bilakah masa mendekap
Hingga malam terlelap
Rindu yang tak terungkap

*Blora, ruang rindu 05/03/2014.

___________________________

Putusan Hati
Sekian rasaku, kemelut hati yang tak sanggup memilih di antara dirimu dan dirinya. Bukan aku yang memutuskan dengan siapa aku nantinya. Karena jodoh pastilah di tangan-Nya. Pada satu titik balik suatu masa, mungkinkah aku bertemu dengan masa laluku kembali? Atau hanya sekedar janji yang diucapnya sekian hari lalu? Sekian rasa menelisik bilik hatiku, menggenggam beribu tanya tentang ironi yang dia suguhkan bersama sejuta harapan tanpa pasti.
Di sini aku menunggu dengan segenap jiwa. Perihal keputusan hatiku nantinya. Masih berusaha menyibak tirai rahasia hati.

____________________________

Lazuardi Rindu

Engkau bias rindu
Dalam rinai hujanku
Engkau bias harap
Dalam malam gelap
Langit bimasakti mendamba
Rasa dalam galaksi andromeda
Mengukir asanya pada garis cakrawala
Zohrah berbinar lengkung simpul
Senyummu dalam siluet senja
Lazuardi turut sewarna
Rinduku padamu
Senyap...
Santunku tak mampu mengucap
Dalam urai kata
Kekata dalam ruang hampa
Tentang satu harap yang sama
Pertemuan kita
Kala kirana menyatukan jiwa-jiwa
Menyatukan selaksa cinta


_________________________


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun